Senin, 12 Oktober 2009

Cara pembuatan pematang kolam ikan

Cara pembuatan pematang kolam ikan

Untuk mendapatkan pematang yang kokoh, tanah yang akan dijadikan pematang harus tanah yang homogen dan bebas dari sampah seperti kayu, dedaunan, batu-batuan, dan lain-lain.















Teknik pembuatan pematang yang baik merupakan perpaduan antara kegiatan menggali dan menimbun supaya tidak terlalu banyak mengeluarkan tenaga clan biaya. sebagai contoh, untuk membuat pernatang kolam dengan ketinggian 1 m apabila hanya dari timbunan tanah saja maka biaya untuk mengangkut tanah akan besar. Selain itu, pada saat musim kemarau kemungkinan kolam tidak bisa diairi karena letaknya terlalu tinggi. Begitupun kalau pernatang kolam dibuat dari penggalian tanah, selain harus dikeluarkan biaya yang besar untuk membuang tanah, juga akan menyulitkan pada saat pengeringan kolam karena letaknya yang terlalu rendah.
Jadi jelas bahwa pembuatan pematang kolam dengan mema¬dukan kegiatan menggali dan menimbun lebih menguntungkan karena lebih menghemat tenaga dan biaya. Selain itu, kolam yang didapat nantinya akan memenuhi persyaratan teknis, yaitu mudah dikeringkan dan diisi air. Pada musim kemarau tidak mengalami kekeringan tetapi tidak kebanjiran pada saat musim hujan.
Langkah-langkah pembuatan pematang sebagai berikut.
1. Tanah yang akan dipergunakan untuk lokasi perkolaman harus¬lah dibersihkan dari rumput, batuan dan segala macam kotoran organik maupun anorganik.
2. Pemasangan propil yaitu rangka bambu untuk mempermudah pembuatan bentuk pematang yang dikehendaki.
3. Tanah bagian atas setebal 15-20 cm yang biasanya merupakan lapisan humus digali dan dikumpulkan di suatu tempat. Ini dimaksudkan agar lapisan tanah yang subur dapat dipergunakan sebagai dasar kolam nantinya. Lagipula apabila tanah digali biasanya lapisan tanah yang subur ini justru akan menyebabkan kebocoran kolam apabila ikut tertimbun sebagai pernatang.
4. Supaya lebih memberikan jaminan kekuatan kolam, alangkah baiknya di tanah yang akan dijadikan pematang dibuat galian dengan kedalaman 50 cm dan lebar 50 cm sebagai poros atau sumbu pematang.
5. Kemudian ditimbun tanah baru dari hasil penggalian tanah yang akan dijadikan kolam. Agar tanah tidak longsor maka bagian atas pernatang sebaiknya ditanarni rumput.










Penggalian tanah tidak boleh sembarangan, usahakan selisih ketinggian tanah dasar kolam antara pintu pemasukan dan pintu pengeluaran berkisar antara 20-30 cm. Hal ini bertujuan agar tidak menyulitkan dalam pembuangan air. Apabila tanah yang akan digali untuk membuat pematang kurang mencukupi maka perlu dicarikan tanah lain yang memenuhi syarat. Namun apabila tanah tersebut berlebih maka harus dibuang ke tempat lain agar tidak mengganggu.

Penimbunan juga tidak boleh dilakukan sembarangan. Pada waktu penimbunan sebaiknya tanah tidak di injak-injak karena pemadatan tanah yang tidak rata akan mengakibatkan tanah pematang tidak kompak. Selain itu, kotoran organik maupun anorganik seperti batu, sampah, kayu dan lain-lain harus dibuang. Kolam sebaiknya dikerjakan pada waktu awal atau mendekati akhir musim penghujan.

Karena tanah sering mengalami penyusutan maka tinggi timbunan perlu ditambahkan 10% dari ketinggian yang dikehendaki. Setelah pematang jadi, tanah humus yang subur yang dikumpulkan tadi harus dikembalikan ke kolam. Jangan langsung memasukkan air pada kolam yang sudah jadi, tetapi tunggu beberapa waktu sampai











pematang menjadi kompak. Pemasukan air juga harus bertahap, tidak sekaligus. Sedangkan untuk menjaga agar tanah pematang tidak longsor, pada bagian atas dan sisi pematang dilapisi dengan lempengan rumput.
sumber : Heru Susanto, Penebar Swadaya, 2009

Minggu, 11 Oktober 2009

syarat Hidup Ikan Lele Lokal

syarat Hidup Ikan Lele Lokal

Lele lokal hidup di perairan air tawar. Ikan ini dapat hidup di daerah dataran rendah hingga daerah dataran tinggi, hingga mencapai ketinggian 700 meter di atas permukaan laut (m dpl). Lebih dari ketinggian 700 m dpl, pertumbuhannya agak lambat atau kurang baik. Karena memiliki alat pernapasan yang memungkinkan untuk mengambil oksigen langsung dari udara bebas, lele lokal dapat dipelihara di perairan yang memiliki kandungan oksigen rendah, seperti di comberan atau kolam penampungan air limbah rumah tangga. Ikan ini juga cukup tahan terhadap pencemaran bahan-bahan organic.

Kualitas Air yang Memenuhi Persyaratan untuk Usaha Pembenihan ikan Lele (Clarias batrachus Linn.)

Air tanah (untuk pemijahan dan pemeliharaan benih)
- Suhu 25-32° C
- Padatan tersuspensi Maksimum 400 mg/l
- Kekeruhan Maksimum 50 NTU
- Oksigen terlarut Maksimum 5 mg/l
- Karbondioksida Maksimum 12 mg/l
- pH 6,5-8,5
- Amonia total Maksimum 1 mg/l total ammonia
- Nitrit Maksimum 0,1 mg/l
- Alkalinitas Minimum 0,1 mg/l
- Kesadahan total Minimum 20 mg/l CaCO 3



Air permukaan (untuk kegiatan pemeliharaan calon induk dan induk)
- Suhu 26-320C
- Padatan tersuspensi Maksimum 600 mg/I
- Kekeruhan Maksimum 250 NTU
- Oksigen terlarut Maksimum 5 mg/l
- Karbondioksida Maksimum 12 mg/l
- pH 6,5 8.5
- Amonia total maksimum 1 mg/l total ammonia
- Nitrit maksimum 0,2 mg/l
- Alkalinitas minimum 50 mg/l CaCO,

Sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P, Agromedia Pustaka, 2008

Rabu, 07 Oktober 2009

Pematang Kolam

Pematang Kolam
Pematang yang baik adalah yang bisa menahan massa air yang besar dengan sedikit kebocoran. Bocoran atau rembesan air dalam

kolam ini kebanyakan secara horizontal melalui pematang yang struktur tanahnya tidak kompak.
Karena tekanan air dalam kolam terhadap pematang atas dan bawah memiliki besar yang berlainan maka pematang kolam biasanya berbentuk trapesium dengan bagian lebar berada di bawah dan yang sempit berada di atas. Dengan demikian, diharapkan pematang tersebut kokoh sehingga bisa mencegah adanya kebocoran yang tidak diinginkan.
Sudut kemiringan kaki pematang tidak lebih dari 45 derajat. Sebenarnya lebih stabil dengan kemiringan 30 derajat, namun pada kemiringan tersebut akan mengurangi luas kolam yang terisi air (volume kolam).
Cara menentukan kemiringan pematang kolam, juga bisa dilakukan dengan perbandingan 1 : 1 untuk bagian luar, sedangkan untuk bagian dalam kolam perbandingannya 1 : 1,5 atau 1 : 1,75.

Lebar pematang bagian atas untuk kolam seluas 200 m2 minimal 1 m, sedangkan untuk kolam dengan luas lebih dari 200M2 harus lebih dari 1 m.




Ada juga yang membuat kolam dengan bentuk pematang trapesium sama kaki dengan kemiringan 1 : 1, dengan ukuran sisi atas 1-1,5 m dan tinggi 1-1,5 m. sedangkan dasar pematang 3-4,5 m, tergantung dari keperluan dan situasi tempat. Pematang yang tingginya lebih dari 1 m sebaiknya diberi anak pematang (berm) sebagai penguat.
Sumber : Heru Susanto, Penebar Swadaya, 2009

Selasa, 06 Oktober 2009

membuat kolam ikan

suatu kolam pemeliharaan ikan yang baik, harus mempunyai unsur sebagai berikut.

a. Luas tiap petak kolam berkisar antara 100-1000 m2
b- Kedalaman air antara 50-150 cm.
C, Pemasukan air langsung dari sumber yang belum terpolusi dan harus ada cadangan pintu pemasukan air.
Pengeluaran air harus langsung ke saluran pembuangan.
Tekstur tanah yang baik untuk dijadikan pematang adalah yang tidak porous dan tidak mudah longsor.
Lebar pematang antara 1-2 m.
Bentuk kolam yang ideal persegi panjang.
Air yang masuk ke dalam kolam harus jernih atau sudah melewati bak pengendapan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu kolam yang baik harus mempunyai konstruksi sebagai berikut: ada saluran pemasukan dan pengeluaran, ada pintu pemasukan dan pengeluaran air, pematang yang kokoh dengan lebar antara 1-2 meter, dan kedalaman kolam maupun air harus cukup 50-150 Cm.
sumber : Heru Susanto, Penebar Swadaya, 2009

Senin, 05 Oktober 2009

Perencanaan Pembangunan Perkolaman

Perencanaan Pembangunan Perkolaman

Langkah perencanaan ini sangat penting karena berhasil tidaknya pembangunan suatu unit perkolaman ditentukan oleh benar tidaknya suatu perencanaan.
Perencanaan sebaiknya dipersiapkan dengan matang. Peren¬canaan ini harus berdasarkan data yang diperoleh ketika melakukan survey ke lokasi sehingga data tersebut merupakan data yang aktual dan objektif. Dasar perencanaan pembangunan unit perkolaman harus rasional dan tidak berlebihan. Jangan memaksakan untuk membuat suatu unit perkolaman jika lokasi yang dipilih kurang memenuhi syarat.
Berdasarkan pengalaman, penulis banyak menemukan kenyataan dimana biasanya orang yang mempunyai tanah ingin membuat kolam (satu unit perkolaman) tanpa mengindahkan persyaratan yang harus dipenuhi. Sedangkan idealnya, lokasi untuk membangun kolam (unit perkolaman) harus sesuai standard yang telah ditentukan. Ini penting jika keinginan untuk membangun unit perkolaman tersebut adalah untuk tujuan bisnis.
Hasil survei sebaiknya diwujudkan dalam bentuk gambar (peta lokasi) sehingga memudahkan perencanaan. Kemudian selanjutnya dibuat rencana bangunan yang terdiri dari : rencana gambar dan Rencana Anggaran Biaya (RAB).


1. Rencana gambar
Rencana gambar meliputi
• Peta situasi, menunjukkan letak kompleks perkolaman secara keseluruhan.
• Denah, hampir sama dengan peta situasi tetapi skalanya dibuat lebih besar.
Di dalam denah diperlihatkan juga tata letak kolam, saluran pemasukan air, saluran pengeluaran air, bendungan, dan lain-lain. Konstruksi kolam sendiri meliputi pematang kolam, saluran tengah, pintu pemasukan air, dan pintu pengeluaran air. Konstruksi saluran air terdiri dari saluran pemasukan dan saluran pembuangan air. Tak ketinggalan juga konstruksi bak pengendapan, bak filter dan bangunan lainnya.
2. Rencana anggaran biaya
Banyak biaya yang harus diperhitungkan dalam pembuatan unit perkolaman, meliputi biaya penggalian tanah, perapian tanah, penembokan pematang, saluran air. Selain itu juga diperlukan biaya untuk survey, biaya tenaga pengawas bangunan dan pengawas teknis. Biaya yang terakhir ini diperlukan apabila pembangunan kolam nantinya tidak bisa ditangani langsung oleh pemilik kolam.
Sumber : Heru Susanto, Penebar Swadaya, 2009

Minggu, 04 Oktober 2009

Kondisi Air untuk Kolam Ikan

Kondisi air untuk Kolam

Air merupakan faktor utama dalam usaha budidaya ikan. Tanpa adanya air yang cukup dengan kualitas baik maka usaha budidaya ikan akan mengalami berbagai hambatan. Hal yang mutlak diperhatikan dalam kaitannya dengan masalah kondisi air untuk areal perkolaman adalah sebagai berikut.
a. Sumber air
Sebenarnya ada empat macam sumber air untuk pengairan, yaitu air hujan (precipitation), air embun (dew), air permukaan (surface water), dan air tanah (ground water).
Air permukaan merupakan sumber air pengairan yang banyak di Indonesia, terutama di Jawa, yaitu berupa sungai dan waduk.
Sungai baik digunakan untuk sumber air budi daya ikan karena umumnya banyak mengandung unsur hara yang berguna bagi pertumbuhan makanan alami ikan. Namun, perlu diingat biasanya air sungai banyak mengandung waled (endapan lumpur) sehingga memerlukan bak pengendapan dan bak filter sebelum digunakan. Hal ini untuk mencegah pendangkalan kolam yang terlalu singkat.
Waduk atau bendungan sebagai sumber air budi daya ikan sangat baik sebab debit airnya relatif stabil. Air waduk biasanya jernih karena zat yang dikandungnya telah mengendap, baik waled maupun unsur hara yang tidak larut.
Air tanah yang baik untuk sumber air budi daya ikan biasanya yang telah keluar di permukaan tanah. Jika antara sumber air tanah dengan letak unit perkolaman terpisah maka air harus dialirkan melalui saluran terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk memper¬baiki kualitas air tanah tersebut karena biasanya air yang barn keluar dari tanah miskin unsur hara dan pH-nya rendah.
b. Kualitas air
Untuk mengetahui kualitas air, tidak cukup hanya dilihat dari sumbernya. Namun, kita harus mengadakan berbagai tes untuk mengetahui sifat fisik, kimia, dan biologi dari air tersebut.


sifat fisik air
• Kekeruhan air 25-400 NTU (Nephelometric Turbidity Units) Semakin banyak padatan tersuspensi dalam air, air terlihat semain kotor dan semakin tinggi nilai NTU.
Muatan suspensi 25-400 ppm.
Kecerahan lebih besar dari 10% penetrasi cahaya sampai dasar perairan
Sifat kimiawi air
• Suhu air mempunyai pengaruh besar terhadap proses pertukaran zat (metabolisme) dari mahkluk hidup. Di samping itu, suhu juga berpengaruh terhadap proses pertukaran zat dan mempunyai pengaruh besar terhadap jumlah oksigen yang larut di dalam air. Pada suhu tinggi air akan lebih lekas kenyang oksigen daripada kalau suhunya rendah. Suhu air yang ideal untuk kolam ikan berkisar antara 25-300 C.
• Keasaman atau pH air merupakan indikasi atau tanda kalau air
bersifat asam, basa (alkali), atau netral. Keasaman sangat menen
tukan kualitas air karena sangat menentukan proses kimiawi air. Air
sumur atau air tanah umumnya agak asam karena mengandung


gambar









banyak karbonat (CO). Jika sudah berhubungan dengan dengan udara, oksigen akan larut dan gas lain akan menguap sehingga pH akan menjadi sedikit netral. Keasaman air yang dikehendaki untuk kolam berkisar 4-9, optimum 6,7-8,6.

• Kekerasan air (hardness)
Kekerasan air (degree of hardness/dH) dipengaruhi oleh banyaknya mineral dalam air yang berasal dari batuan dalam tanah, baik dalam bentuk ion maupun ikatan molekul. Derajat kekerasan air biasanya dinyatakan dengan odH (degree of Hardness).
• Oksigen digunakan oleh ikan untuk pernapasan. Kandungan 02 yang berkurang di dalam air akan mengganggu aktivitas ikan. Kandungan O2 optimum 5-6 ppm, minimal 2 ppm (mg/l).

• Karbondioksida merupakan hasil buangan dari proses pernapasan ikan dan makhluk hidup lainnya di dalam air. Karbondioksida ini di dalam air dapat berada dalam bentuk bebas dan terikat. Dalam jumlah tertentu karbondioksida merupakan racun bagi ikan. Kandungan Karbondioksida (CO2 )terlarut maksimum 25 ppm.
• Kandungan N dan NH kurang dari 1,5 ppm
• Kandungan H2S toxio maksimum 1 ppm
• Phospat lebih kecil dari 0,02 ppm
• Cadmium (Cd) lebih kecil dari 0,02 ppm
• Plumbum (Pb) lebih kecil dari 0,02 ppm

Sifat biologi air
Sifat biologi air yang paling penting untuk diperhatikan adalah jasad yang hidup di perairan tersebut, baik hewan atau tumbuhan tingkat tinggi maupun jasad renik. Material biologi yang umumnya terdapat dalam media air adalah plankton, jamur, dan bakteri. Plankton yang ada di dalam air terdiri dari dua jenis, yaitu zooplankton dan fitoplankton. Secara tidak langsung kita bisa menilai kesuburan air dengan memperhatikan makhluk hidup yang ada di perairan tersebut. Suatu perairan akan semakin subur jika makhluk hidup yang ditemukan semakin beraneka ragam jenisnya.


c. Kuantitas air
Selain mutu air yang harus baik, jumlahnya pun harus mencukupi untuk mengairi seluruh areal perkolaman. Jika jumlah air tidak mencu¬kupi maka kegiatan budi daya ikan akan terhambat.
Debit air yang baik tidak kurang dari 10-15 I/dt/ha. Namun, apabila sumber airnya dari sungai maka debitnya tidak tetap karena tergantung musim. Jlka debit air besar pada waktu musim hujan maka harus dibuat saluran pengendali banjir. Jika debit air kurang dari standar tersebut di atas maka harus diusahakan pengaturan air yang seefisien mungkin.
d. Kontinuitas air
Persediaan air untuk budi daya ikan harus sepanjang tahun. Pada saat persediaan air berkurang maka harus diusahakan seluruh kolam pemeliharaan sudah terisi. Dengan demikian, kebutuhan air tidak terlalu banyak karena kebutuhan air hanya untuk mengganti air yang menguap atau hilang karena bocor.
e. saluran pengangkut air
Jauhnya sumber air dari unit perkolaman menyebabkan air harus melalui berbagai saluran pengangkut air, misalnya jembatan air (flum eloquoduct), terowongan (tunnnel), bangunan terjun (drop structure), saluran miring/seropotan (chute), terowongan bawah (syphon), dan bangunan bagi. Pengetahuan tentang saluran pengangkut air bisa dijadikan pedoman ketika debit air mengecil, dengan melakukan usaha sebagai berikut.
• Memperbaiki kebocoran saluran pengangkut air yang biasanya banyak terjadi pada jembatan air (aquaduct) dan saluran miring (chute). Selain itu, juga banyak terjadi pada saluran pengangkut air yang menggunakan tanggul atau pematang.
• Membuka bendungan pada bangunan bagi yang menuju unit perkolaman dan membendung air yang bebas tanpa rnerugikan pihak lain (mernbendung secukupnya, tidak berlebihan).
• Membuat bendungan sederhana untuk menaikkan permukaan air. Biasanya dilakukan pada saluran cabang yang tidak terdapat bangunan bagi atau pengatur air lainnya.



f. Bendungan air
Banyak bendungan air yang dapat dibangun secara sederhana untuk meninggikan permukaaan air saluran sehingga debit air yang masuk ke dalam unit perkolaman cukup besar.
1) Bendungan sederhana
Dibuat dengan jalan menumpuk batu besar pada dasar sungai. Bahan yang digunakan diperoleh dari sekitar saluran. Bendungan ini bisa menaikkan air hingga ketinggian 1 m, namun harus sering diganti dan diperbaiki. Bendungan sederhana cocok dibuat pada saluran atau sungai kecil.
2) Bendungan patok
Hampir sama dengan bendungan sederhana, bedanya ben¬dungan ini diberi patok bumbu atau kayu pada dasar sungai dan diberi anyaman bambu untuk menahan batu yang disusun melin¬tang di dasar sungai. Tinggi bendungan ini sebaiknya tidak melebihi 1 m. Bendungan ini lebih kuat dari bendungan sederhana.
3) Bendungan peti batu
Bendungan ini dibuat dengan jalan menyusun batang kelapa secara melintang dan membujur pada dasar sungai. Tumpukan batang kelapa ini membentuk peti sederhana yang diisi batu di dalamnya. Untuk memperkuat daya tahan peti terhadap tekanan air yang kuat, pada setiap sudut peti di pasang batang besi yang ditusukkan dalam batang kelapa dan menembus dasar sungai atau saluran. Selain itu, biasanya diisi ijuk untuk mengurangi kebocoran air. Bendungan semacam ini bisa menaikkan air hingga 1,5 m.
4) Bendungan sederhana dengan pengatur
Bendungan untuk menaikkan permukaan air. Dibangun pada saluran cabang yang tidak ada bangunan bagi. Bendungan ini pada prinsipnya sama dengan bendung sederhana, hanya pada
bendung ini dilengkapi dengan lapisan ijuk dan pipa pengatur ketinggian air. Ijuk dimaksudkan untuk mengurangi sekecil mungkin kebocoran yang disebabkan kepiting atau aliran air yang terlalu deras. Sedangkan pipa pengatur bertujuan untuk menghindari meluapnya air saluran. Pipa ini bisa dibuat dari pipa pralon inchi atau bambu.
Hal yang harus diingat pada saat pembuatan bendungan sederhana ini adalah tinggi air pada saluran yang tertinggi. Untuk menghindari meluapnya air yang biasa terjadi saat musim hujan, biasanya bendungan dibuat 1/2 atau 2/3 dari tinggi saluran air. sehingga pada saat banjir tidak meluap ke saluran.
Sumber : Heru Susanto, Penebar Swadaya, 2009

Kamis, 01 Oktober 2009

Ikan Lele Lokal

Lele Lokal
Lele lokal merupakan ikan asli perairan Indonesia. Istilah local digunakan untuk membedakannya dengan ikan lele jenis lain, terutama lele Jumbo. Namun demikian,ada juga sebagian orang yang menyebutnya dengan sebutan lele saja. Sesuai dengan namanya, ikan lele lokal sudah sejak lama menjadi penghuni perairan air tawar di berbagai daerah di tanah air.
Sebagai ikan asli perairan Indonesia, tentu saja ikan ini sudah sangat populer di kalangan masyarakat. Bahkan,setiap daerah memiliki panggilan tersendiri untuk menyebut namanya. Saat ini, kegiatan pembudidayaan lele lokal tampak semakin banyak dan berkembang pesat.Hal ini didukung oleh aspek teknis pembudidayaannya yang menunjukkan perubahan ke arah yang lebih baik, sehingga semakin mudah diterapkan. Selain itu, di pasaran lele ukuran konsumsi, memiliki konsumen fanatik dalam jumlah yang tidak kecil.

Dari segi rasa dagingnya, setiap orang dengan begitu mudah dapat membedakan rasa daging lele lokal dengan rasa daging yang bukan lele loka, Selain enak dan gurih, daging lele lokal juga memiliki kandungan protein yang cukup tinggi dibandingkan dengan daging ikan-ikan air tawar lain. Karena itu, tidak mengherankan jika banyak rumah makan dan restoran yang menyajikan ikan lele sebagai menu utama. Bahkan lele yang dijual dalam bentuk "pecel lele" sudah sangat banyak disajikan di warung-warung nasi di pinggir jalan. Selain digoreng, lele lokal juga dapat diolah dengan cara dipepes, digoreng, atau di buat "asam pedas" ala rumah makan padang.
Sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P. Agromedia Pustaka, 2008