Sabtu, 22 November 2008
Pemijahan ikan laut secara alamiah
Ada beberapa metode pemijahan ikan yang telah banyak dikenal dan sekarang sudah umum dipraktekkan. Metode itu di antaranya pemijahan secara alamiah, pemijahan dengan rangsangan hdrmon, dan metode pengurutan (stripping).
A. Pemijahan Secara Alamiah
Setelah kultur jasad pakan terutama klorela dan rotifera disiapkan, langkah selanjutnya yaitu mengawinkan atau memijahkan ikan. Calon-calon induk yang telah disediakan harus diseleksi agar diperoleh kualitas telur yang baik. Induk ikan sebaiknya dipilih yang tanpa cacat, sisiknya utuh, dan tanpa luka pada badan maupun pada sirip-sirip. Induk-induk tersebut dideteksi kelaminnya. Seleksi ini dilakukan di dekat tempat pemeliharaan induk. Induk ditangkap dengan hati-hati. Untuk menghindari kemsakan pada tubuh ikan, sebaiknya digunakan serokan yang halus. Satu demi satu induk dimasukkan ke dalam wadah berkapasitas 100 l lalu diisi air laut dan diberi obat bius seperti polietilen glikol monofenil eter atau minyak cengkih sebanyak satu sendok.
Penentuan induk betina dilakukan dengan teknik kanulasi yaitu pengambilan sebagian gonad dengan menggunakan selang sepanjang 50 cm dengan diameter 0,8—2 mm (menggunakan selang untuk infuse bayi, dikenal dengan feeding infant atau pediatric feeding tube. Caranya, ujung selang dimasukkan ke dalam lubang kelamin yang terletak di antara lubang dubur dan lubang kencing sedalam 10 cm, sedangkan ujung yang lain diisap dengan mulut. Bila ikan berkelamin betina, sebagian telur akan terambil di dalam selang kanulasi tersebut sehingga tampak butiran-butiran dan mudah dilihat bila dipindahkan ke objek gelas di bawah mikroskop. Bila terlihat cairan seperti air susu maka hal itu menandakan bahwa ikan berkelamin jantan. Ikan berkelamin jantan yang betul-becul siap memijah (matang gonad) akan mengeluarkan sperma melalui lubang genital bila ditekan perutnya sedikit saja.
Ukuran ikan dewasa tergantung pada jenis ikan. Ikan kerapu umumnya bersifat hermafrodit protogeni yang dapat berubah dari jantan menjadi berina setelah melewad ukuran tertentu. Pada kerapu lumpur induk jantan dapat dijumpai setelah mencapai ukuran kira-kira 11 kg, sedangkan induk betina ukuran 3 - 4 kg sudah mencapai tingkat kematangan gonad. Pindahkan induk-induk tersebut ke dalam bak-bak pemijahan yang telah disiapkan dengan perbandingan 1 jantan : 1 betina. Namun, bila perbandingan itu tidak memungkinkan maka jumlah kelamin betina lebih banyak.
Pemijahan ikan kerapu dan kakap secara alamiah sebaiknya menggunakan bak-bak yang berukuran besar, yaitu 100—200 m3. Kepadatan ikan pada bak pemijahan sebaiknya tidak lebih dari
5 kg/m3 dan pergantian air per hari minimal 100%. Untuk pemijahan ikan beronang tidak perlu menggunakan bak-bak besar sebab bila ikan beronang memijah maka telur-telurnya akan menempel pada substrat, terutama pada bagian dasar perairan. Oleh karena itu, khusus untuk bak-bak pemijahan ikan beronang bagian bawahnya harus dilapisi media substrat buatan untuk mengumpulkan telur. Potongan-potongan atap dari plastik yang berukuran 25 cm x 25 cm atau lebih dapat digunakan sebagai substrat/penempel telur-telur. Potongan-potongan tersebut diikat seutas tali dengan bagian pinggir agar mudah diambil untuk diletakkan di dasar bak sampai rapat dan terkadang bagian dinding bak juga perlu dipasangi potongan atap ini. Telur-telur hasil pemijahan akan melekat pada substrat plastik tadi dengan lokasi tidak dapat ditentukan.
Setiap hari induk-induk ikan diberi pakan berupa ikan, udang, cumi segar sebesar 2—5% dari bobot ikan. Ikan beronang dapat juga diberi pakan pelet dengan kandungan protein 40%. Setiap hari harus dipantau barangkali ikan telah memijah. Biasanya, pemijahan ikan-ikan laut tergantung pada peredaran bulan. Sebagai contoh, ikan kakap akan memilih bulan terang untuk memijah, sedangkan ikan kerapu sunuk memilih bulan gelap. Waktu pemijahan biasanya terjadi pada malam hari. Pengetahuan mengenai kebiasaan ikan memijah sangat perlu diperhatikan karena hal ini menyangkut kesiapan pemeliharaan larva. Pemahaman kebiasaan memijah ikan beronang, misalnya, diperlukan dalam pemasangan kolektor telur.
Bila terjadi pemijahan ikan kakap dan kerapu maka pengumpulan telur dengan mudah dapat dilakukan melalui alat pengumpul telur. Telur-telur itu kemudian dicuci lalu dipindahkan ke bak inkubasi. Untuk ikan beronang, pengumpulan telur dapat dilakukan dengan cara menarik tali sehingga substrat dapat dipindahkan langsung ke dalam bak-bak inkubasi. Jumlah telur yang dihasilkan dari proses pemijahan tergantung pada bobot induk ikan betina yang memijah. Dalam satu musim pemijahan, setiap individu betina dapat menghasilkan jutaan telur.
Pengumpulan telur pada tempat penampungan
SUMBER :
Drs. Pramu Sunyoto
Dr. Mustahal, M.Sc
Penebar Swadaya
teripang
Kandungan dan Manfaat Teripang
Hasil studi di China mengungkapkan bahwa sea cucumber mengandung saponin glycosides. Komponen ini mempunyai struktur yang serupa dengan komponen gingseng aktif, ganoderma, dan tumbuh-tumbuhan bahan tonik terkenal. Studi ini menunjukkan adanya kandungan anti kanker pada saponin dan polisakarida yang terkandung di dalam teripang. Selain itu, studi modern ini membuktikan bahwa teripang dapat digunakan sebagai suatu tonik dan suplemen gizi. Teripang bermanfaat untuk berbagai jenis penyakit yang berbahaya seperti stroke, asma, jantung koroner, hepatitis, tumor, dll.
Teripang bermanfaat sebagai obat dikarenakan kandungannya yang komplek. Menurut dr Pieter A. W Pattinama, dari RS PGI Cikini Jakarta, teripang dipakai untuk menyembuhkan berbagai penyakit karena dalam waktu yang singkat mampu menumbuhkan selsel yang hilang/rusak, kaya akan nutrisi dan senyawa aktif terbanyak berupa antioksidan, baik untuk perbaikan sel tubuh manusia.
Hasil penelitian Prof Dr. Ridzwan Hashim dari Malaysia, teripang mengandung 86,8% protein, kolagen 80%, mineral, mukopolisakarida, glucasaninoglycans (GAGS), antiseptik alamiah, chondritin, omega – 3, 6 dan 9 serta asam amino. Protein teripang mudah diuraikan oleh enzim pepsin dan bermanfaat untuk regenerasi sel; kolagen sebagai pengikat jaringan dalam pertumbuhan tulang dan kulit; kondritin sulfas memulihkan penyakit-penyakit sendi dan membangun kembali tulang rawan; omega 3 menghambat proses penuaan, menurunkan kolesterol jahat LDL dan VLDL dalam tubuh sehingga mengurangi resiko penyakit jantung.
Penelitian medis menyimpulkan, teripang dapat menjadi agen anti tumor dan sebagai obat Human Immunodeficiency Virus (HIV). Hasil tes laboratorium dengan menggunakan sel limfoid menunjukkan, teripang mengandung gula bernama lektin yang bersifat mitogenik dan antimikroba yang efektif melawan kanker otot pada tikus serta kanker paru-paru manusia dengan dosis 5 dan 50 mikrogram. Lektin berefek terapi bagi HIV karena mampu menggumpalkan sel jahat serta berperan sebagai indikator adanya tumor.
Teripang memiliki gas beracun bagi ikan bernama holotrin, terapi hanya berakibat iritasi bagi mata dan kulit manusia. Karena ampuh untuk membunuh ikan, racun teripang kini dikembangkan sebagai obat antiseptik alami untuk melawan kanker dan infeksi.
Saat ini sudah beredar produk ekstrak teripang Stichopus hermanii yang lebih dikenal dengan nama teripang emas yang diolah menjadi produk suplemen berupa jell maupun kapsul, sampo, krim dan gel, pasta gigi, krim badan, serta minyak urut. Ke depan, pemanfaatan teripang akan semakin berkembang.
Breeding Fish With hormone pemijahan dengan rangsangan hormone
. Pemiiahan dengan Rangsangan Hormon
Dalam beberapa kasus, ikan dalam bak pemijahan tidak dapat memijah secara alamiah. Hal ini bisa terjadi karena kondisi lingkungan tidak memungkinkan untuk proses pematangan gonad dan pemijahan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemijahan rangsang melalui penggunaan hormon untuk mempercepat proses pemijahan. Biasanya, pemijahan dengan menggunakan hormon akan menghasilkan benih berkualitas lebih rendah daripada benih dari hasil pemijahan secara alamiah. Namun, kelebihan perlakuan ini di antaranya mudah ditentukan saat pemijahan sehingga akan mempermudah persiapkan penyediaan jasad pakan untuk mencukupi kuantitas yang dibutuhkan.
Hormon yang sangat berperan adalah hormon gonadotropin. Untuk mengadakan proses pemijahan dengan rangsangan hormone dibutuhkan keterampilan yang harus dimiliki para akuakulturis. Keterampilan ini di antaranya pengetahuan mengenai tingkat kematangan gonad dan jenis-jenis hormon yang akan digunakan.
Secara morfologi, gonad betina yang disebut ovarium mempunyai dua bentuk yaitu cystovarian dan gymnovarian. Cystovarian yaitu sel-sel telur yang dilindungi dengan dinding ovarium, sedangkan gymnovarian yaitu tanpa dinding ovarium.
Gambar 10. Ovarium tipe cytovarium (kiri) dan tipe gymnovarian (kanan)
Perangsangan induk-induk ikan dilakukan melalui penyuntikan. Sel-sel telur harus mencapai tahap yolk globule (tertiary globule oocytes). Pada tahap itu gonad sedang mencapai pematangan. Hal ini biasanya ditandai oleh adanya butiran-butiran telur yang disebut oocyte telah mencapai ukuran diameter 0,4 mm.
1. Sumber hormon gonadotropin
Hopofise adalah kelenjar di bawah otak ikan yang berukuran sangat kecil yang dapat menghasilkan hormon-hormon untuk proses biologi. Hipofise ini terdiri dari dua bagian yaitu neurophipofise dan adenophipofise. Adenophopofise tersusun atas tiga bagian yaitu rostral pars distalis, proxomal pars distalis (PPD), dan pars intermedia.
Gambar 11. Bagian-bagian dari kelenjar hipofise
PPD,merupakan tempat untuk menghasilkan gonadotropin yang berisi follicie stymulating hormon (FSH) dan luteinizing hormon (LH). FSH dan LH inilah yang berperan dalam proses reproduksi ikan. FSH berperan dalam percumbuhan dan pematangan testis pada ikan jantan, sedangkan pada ikan betina berfungsi mempercepat puberitas ovari, pertumbuhan, serta perkembangan sel-sel telur yang tidak matang. LH berfungsi meningkatkan ovulasi dan pembentukan carpus luteum serta menyokong sekresi progesteron pada ikan betina, sedangkan pada ikan jantan yang paling penting adalah untuk menjaga sekresi testosteron oleh sel-sel Leydig. Dengan demikian, pemijahan dengan rangsangan hormon diterapkan pada induk jantan maupun pada induk betina.
Seperti ikan air tawar, hipofise juga dapat digunakan pada ikan-ikan laut. Namun, sekarang telah ada gonadotropin dan sejenisnya yang telah diperdagangkan di pasaran bebas dalam bentuk ampul. Sebagai concoh adalah HCG (human ckorionic gonadotropin) yang telah diproduksi oleh
Pengecekan perkembangan telur dilakukan dengan teknik kanulasi. Penyunrikan dilakukan bila perkembangan telur mencapai tingkat tertiary globule oocytes (tingkat 4). Dosis total 1.500—2.000 IU (International Unit) per kilogram bobot ikan yang diberikan 1—3 kali penyunrikan dengan selang waktu 24 jam ternyata cukup untuk merangsang pemijahan ikan.
Untuk merangsang pemijahan ikan dapat juga digunakan hormon hipofise. Namun, dewasa ini umumnya digunakan gonadotropin dalam bentuk ampul dan hormon tersebut ada di pasaran dan mudah dihitung dosisnya sehingga tingkat keberhasilan pemijahan ikan lebih tinggi. Meskipun demikian, beberapa praktisi menyarankan untuk menggunakan ekstrak hipofise dikombinasikan dengan hormon-hormon tersebut.
2. Cara penyuntikan
Setelah sebagian gonad diambil melalui kanulasi dan bila diameter oocyte (bulatan-bulatan telur) mencapai 0,4 mm berarti induk telah mencapai tingkat kemacangan gonad yang siap disunrik untuk dikawinkan. Setelah ada pasangannya, induk matang kelamin langsung dipindahkan ke tempat pemijahan. Bak-bak air laut berkapasitas 5 m3 dapat digunakan untuk pemijahan. Penyunrikan dilakukan pada pagi hari.
induk ikan dibius kemudian disuntik pada bagian punggung dibawah duri ketiga atau pada bagian di bawah strip dada terutama untuk induk-induk yang berukuran besar yang membutuhkan jumlah volume hormon yang lebih banyak. Penyuntikan dilakukan dengan hormon gonadotropin atau HCG dan puberogen (tersedia di apotik hewan) dengan dosis masing-masing 250 dan 50 IU per kilogram bobot badan. Bila pada malam hari setelah penyuntikan ikan tidak memijah maka pagi harinya disuntik kembali dengan hormon yang sama, tetapi dosis hormon gonadotropin ditingkatkan dua kali menjadi 500 IU. Jika setelah penyuntikan kedua ikan juga tidak berhasil memijah maka dilakukan penyuntikan ketiga dengan dosis HCG dua kali dari dosis penyuntikan kedua.
C. Pemijahan dengan Metode Pengurutan
Metode pengurutan (stripping) dilakukan bila sepasang indukikan benar-benar telah matang gonad. Pemijahan dengan rangsangan
yang tidak terjadi secara alamiah dapat dilakukan dengan metode stripping. Prisip dasar metode ini adalah mencampurkan telur-telur dengan sperma dari sepasang induk dengan paksaan. Syaratnya adalah induk-induk matang gonad. Pada induk ikan betina hal ini dicirikan dengan perutnya yang kelihatan besar/membengkak, sedangkan pada ikan jantan terlihat sperma/cairan yang keluar seperti air susu bila bagian perut ke arah bagian lubang kelamin ditekan sedikit saja.
Cara mencampurkan telur induk betina dengan sperma induk jantan yaitu sebagai berikut. Bagian perut dari arah depan kebelakang atau menuju ke arah lubang kelamin ditekan kemudian sperma diambil dengan alat sedotan atau alat suntik lalu dicampurkan ke telur-telur. Setelah itu, campuran diaduk dengan bulu ayam yang bersih kemudian dicuci dengan air laut. Metode stripping biasanya menghasilkan benih dengan kualitas dan kuantitas yang lebih rendah dibandingkan benih hasil pemijahan alami. Perlakuan yang kurang hati-hati terhadap cara stripping dapat menyebabkan kematian induk.
sumber :
Drs. Pramu Sunyoto
Dr. Mustahal, M.Sc
Penebar Swadaya
Sabtu, 15 November 2008
METHOD spawning sea fish
There are several methods of spawning fish that has many known and now it is common practice. The method of spawning naturally, spawning hdrmon with excitement, and methods Page (stripping).
A. Spawning naturally
After the culture to find and feed klorela especially rotifera prepared, the next step is to combine those memijahkan or fish. Candidates who have provided the parent must be obtained so that the eggs of good quality. The parent fish should be selected without a disability, sisiknya intact, and unharmed in the body and the fin-fin. Master-of the parent is detected. Selection is done in place of maintaining close. Master arrested with caution. To avoid damaged in the body of the fish, drain, which should be fine. One by one parent is inserted into the container capacity of 100 l and filled with sea water and given a drug such as polyethylene glikol monofenil ether, or clove oil as a spoon.
Determination of the female parent kanulasi done with the technique that is part of the gonad along with the lapse of 50 cm in diameter with 0,8-2 mm (using the hose to infuse the baby, known as a feeding or INFANT Pediatric Tube feeding. By the way, the end of hose is inserted into the hole sex The hole is located between the rectum and urine hole as deep as 10 cm, while the other end with diisap mouth. When the female fish in pairs, most eggs will terambil in the interval kanulasi so that the grain-grain visible and easily seen when moved to the item under glass microscope. If the water looks like liquid milk then it indicates that male fish in pairs. Fish in pairs male right-becul ready memijah (cooked gonad) will be issued genital sperm through the hole when the stomach is only slightly.
The size of adult fish depending on the type of fish. Grouper are generally hermafrodit protogeni that can be changed from male to be berina after melewad certain size. In the mud male parent can be found after reaching the size of approximately 11 kg, while the female parent size 3 - 4 kg have reached the level of maturity gonad. Move parent to parent-in-vessel spawning tanks, which were prepared with 1 male: 1 female. However, if the comparison is not possible then the number of female sex more.
Spawning fish, grouper and kakap should use naturally tub, a large vessel, which is 100-200 m3. The density of spawning fish in the tanks should be not more than
One of the techniques kanulasi perch
5 kg/m3 and running water per day at least 100%. For spawning fish beronang not need to use tanks, tanks for the big fish beronang memijah when the eggs will be attached to the substrate, especially on the bottom waters. Therefore, the special vessel to vessel-spawning fish beronang the bottom should be coated media substrate made to collect eggs. Pieces of plastic from the roof of the size of 25 cm x 25 cm or more can be used as the substrate / attached eggs. Pieces of the rope tied seutas with the sides so easily taken to be placed in the primary vessel to the meeting and sometimes the vessel walls are also necessary pieces of the roof. The eggs of spawning results will be embedded into the plastic substrate was the location can not be determined.
Figure 9. Bath spawning fish beronang (for the eggs attached)
Each day the parent-parent fish feed given the form of fish, shrimp, fresh enemy of 2-5% of the weight of fish. Beronang fish can also be given pellets of feed with protein content of 40%. Every day should be monitored, perhaps the fish have been memijah. Normally, spawning fish in the sea depends on circulation month. For example, the fish will kakap choose to light memijah months, while the grouper sunuk choose darker months. Time spawning usually occurs at night. Knowledge about the habits of fish is very memijah needs to be because this preparedness flyblow maintenance. Understanding memijah fish beronang habits, for example, required the installation of egg collectors.
When the spawning kakap and kept the collection of eggs can easily be done by means of egg collectors. Egg is then washed and moved to the incubation vessel. Beronang to fish, egg collection can be done by a rope so interesting substrate can be transferred directly into the vessel-vessel incubation. The number of eggs produced from the process depends on the weight of spawning fish, a female parent who memijah. In one spawning season, each individual female can produce millions of eggs.
source : Drs. Pramu Sunyoto
Dr. Mustahal, M.Sc
Penebar Swadaya
pemijahan Ikan Laut cara Alamiah
Pemijahan ikan laut secara alamiah
Ada beberapa metode pemijahan ikan yang telah banyak dikenal dan sekarang sudah umum dipraktekkan. Metode itu di antaranya pemijahan secara alamiah, pemijahan dengan rangsangan hdrmon, dan metode pengurutan (stripping).
A. Pemijahan Secara Alamiah
Setelah kultur jasad pakan terutama klorela dan rotifera disiapkan, langkah selanjutnya yaitu mengawinkan atau memijahkan ikan. Calon-calon induk yang telah disediakan harus diseleksi agar diperoleh kualitas telur yang baik. Induk ikan sebaiknya dipilih yang tanpa cacat, sisiknya utuh, dan tanpa luka pada badan maupun pada sirip-sirip. Induk-induk tersebut dideteksi kelaminnya. Seleksi ini dilakukan di dekat tempat pemeliharaan induk. Induk ditangkap dengan hati-hati. Untuk menghindari kemsakan pada tubuh ikan, sebaiknya digunakan serokan yang halus. Satu demi satu induk dimasukkan ke dalam wadah berkapasitas 100 l lalu diisi air laut dan diberi obat bius seperti polietilen glikol monofenil eter atau minyak cengkih sebanyak satu sendok.
Penentuan induk betina dilakukan dengan teknik kanulasi yaitu pengambilan sebagian gonad dengan menggunakan selang sepanjang 50 cm dengan diameter 0,8—2 mm (menggunakan selang untuk infuse bayi, dikenal dengan feeding infant atau pediatric feeding tube. Caranya, ujung selang dimasukkan ke dalam lubang kelamin yang terletak di antara lubang dubur dan lubang kencing sedalam 10 cm, sedangkan ujung yang lain diisap dengan mulut. Bila ikan berkelamin betina, sebagian telur akan terambil di dalam selang kanulasi tersebut sehingga tampak butiran-butiran dan mudah dilihat bila dipindahkan ke objek gelas di bawah mikroskop. Bila terlihat cairan seperti air susu maka hal itu menandakan bahwa ikan berkelamin jantan. Ikan berkelamin jantan yang betul-becul siap memijah (matang gonad) akan mengeluarkan sperma melalui lubang genital bila ditekan perutnya sedikit saja.
Ukuran ikan dewasa tergantung pada jenis ikan. Ikan kerapu umumnya bersifat hermafrodit protogeni yang dapat berubah dari jantan menjadi berina setelah melewad ukuran tertentu. Pada kerapu lumpur induk jantan dapat dijumpai setelah mencapai ukuran kira-kira 11 kg, sedangkan induk betina ukuran 3 - 4 kg sudah mencapai tingkat kematangan gonad. Pindahkan induk-induk tersebut ke dalam bak-bak pemijahan yang telah disiapkan dengan perbandingan 1 jantan : 1 betina. Namun, bila perbandingan itu tidak memungkinkan maka jumlah kelamin betina lebih banyak.
Pemijahan ikan kerapu dan kakap secara alamiah sebaiknya menggunakan bak-bak yang berukuran besar, yaitu 100—200 m3. Kepadatan ikan pada bak pemijahan sebaiknya tidak lebih dari
5 kg/m3 dan pergantian air per hari minimal 100%. Untuk pemijahan ikan beronang tidak perlu menggunakan bak-bak besar sebab bila ikan beronang memijah maka telur-telurnya akan menempel pada substrat, terutama pada bagian dasar perairan. Oleh karena itu, khusus untuk bak-bak pemijahan ikan beronang bagian bawahnya harus dilapisi media substrat buatan untuk mengumpulkan telur. Potongan-potongan atap dari plastik yang berukuran 25 cm x 25 cm atau lebih dapat digunakan sebagai substrat/penempel telur-telur. Potongan-potongan tersebut diikat seutas tali dengan bagian pinggir agar mudah diambil untuk diletakkan di dasar bak sampai rapat dan terkadang bagian dinding bak juga perlu dipasangi potongan atap ini. Telur-telur hasil pemijahan akan melekat pada substrat plastik tadi dengan lokasi tidak dapat ditentukan.
Setiap hari induk-induk ikan diberi pakan berupa ikan, udang, cumi segar sebesar 2—5% dari bobot ikan. Ikan beronang dapat juga diberi pakan pelet dengan kandungan protein 40%. Setiap hari harus dipantau barangkali ikan telah memijah. Biasanya, pemijahan ikan-ikan laut tergantung pada peredaran bulan. Sebagai contoh, ikan kakap akan memilih bulan terang untuk memijah, sedangkan ikan kerapu sunuk memilih bulan gelap. Waktu pemijahan biasanya terjadi pada malam hari. Pengetahuan mengenai kebiasaan ikan memijah sangat perlu diperhatikan karena hal ini menyangkut kesiapan pemeliharaan larva. Pemahaman kebiasaan memijah ikan beronang, misalnya, diperlukan dalam pemasangan kolektor telur.
Bila terjadi pemijahan ikan kakap dan kerapu maka pengumpulan telur dengan mudah dapat dilakukan melalui alat pengumpul telur. Telur-telur itu kemudian dicuci lalu dipindahkan ke bak inkubasi. Untuk ikan beronang, pengumpulan telur dapat dilakukan dengan cara menarik tali sehingga substrat dapat dipindahkan langsung ke dalam bak-bak inkubasi. Jumlah telur yang dihasilkan dari proses pemijahan tergantung pada bobot induk ikan betina yang memijah. Dalam satu musim pemijahan, setiap individu betina dapat menghasilkan jutaan telur.
Pengumpulan telur pada tempat penampungan
SUMBER :
Drs. Pramu Sunyoto
Dr. Mustahal, M.Sc
Penebar Swadaya
Kamis, 13 November 2008
Pengembangan Alga
PENYEDIAAN PAKAN UNTUK PEMELIHARAAN LARVA
Sebelum mengawinkan ikan, persediaan pakan berupa jasad pakan dan pakan buatan yang nantinya diberikan kepada larva harus siap dalam jumlah dan mutu gizinya. Jasad pakan merupakan faktor penentu dalam keberhasilan pemeliharaan larva. Jasad pakan untuk keperluan ini meliputi alga (Chlorella sp.), rotifera (Brachionus sp.), dan artemia yang diperoleh dart usaha kultur massal. Untuk memelihara larva pada bak berkapasitas 3 m3 diperlukan 9 m3 alga, 6 m3 rotifera, dan sebuah bak 200 1 untuk kultur artemia.
A. Pengembangan Alga
Klorela adalah jenis alga (ganggang) yang di alam merupakan plankton tumbuhan (fitoplankton) berukuran sangat kecil sekitar 4—7 (baca: mikron, 1,0 mm = 1.000 ft). Badannya tidak dapat dilihat oleh mata telanjang. Karena klorela termasuk bangsa tumbuhan maka dalam kultur membutuhkan pupuk sebagai pakan dan sinar matahari untuk proses fotosintesis. Dalam tahap pertama kultur alga dilakukan di dalam ruangan laboratorium yang selalu terkontrol. Stok alga disebut sebagai stok murni. Stok murni ini dilakukan pada suhu terkontrol.
1. Persiapan pengembangan
Benih klorela didapat pertama kali dari isolasi dari alam kemudian dikembangbiakkan melalui kultur. Teknik kulturnya menggunakan media air laut yang bersih yang dipupuk dengan jenis pupuk seperti pada table 1.
TABEL 1. FORMULASI PUPK UNTUK STOK MURNI KULTUR ALGAE
Jenis larutan | Banyaknya |
1. larutan nutrient pengkaya Fe Cl3 6H2O Mn Cl2 4H2O H3BO3 EDTA (Na-salt) NaH2 PO4 2H2O Na NO3 Larutan trace metal Akuades 2. Larutan trace element Zn Cl2 Co Cl2 H2O (NH4) 6 MO7O24 4H2O Cu SO4 5H2O Akuades 3. Larutan stok vitamin Vitamin B12 Thiamin HCl Akuades | 2,6 g 0,27 g 67,2 g 90,0 g 40,0 g 200 g 2 ml 1 l 2,1 g 2,0 g 0,9 g 2,0 g 100 ml 10 mg 200 mg 200 mg |
Media nutrien mengandung bahan-bahan kimia yang dibutuhkan untuk sintesis protoplasma sel. Di dalam ruangan dipasang alat pendingin AC dan lampu-lampu neon sebagai pengganti sinar matahari guna proses fotosintesis. Suhu ruangan dipertahankan sekitar 17—20° C untuk mencegah kontaminasi. Skala kultur dalam ruangan pertama kali menggunakan botol-botol bervolume 100 ml kemudian dapat dikembangkan menjadi lebih besar lagi dengan menggunakan wadah-wadah dari ukuran 1 liter sampai 30 liter. Klorela akan berkembang biak dengan cara pembelahan. Bila air menjadi kelihatan hijau berarti klorela telah berkembang dan kepadatannya tinggi. Pola pertumbuhan populasi alga dalam kultur mempunyai empat fase yaitu
1) fase persiapan pertumbuhan (lage),
2) fase pertumbuhan (exponensial),
3) fase tetap (stasio-ner), dan
4) fase penurunan atau kematian.
Pengetahuan fase pertumbuhan alga diperlukan untuk memperkirakan waktu pemanenan. Kultur alga harus dipanen pada akhir fase pertumbuhan (exponensial) atau pada waktu sebelum fase tetap (stosioner). Hal ini dilakukan karena kualitas nutrisi alga pada tahap ini dapat dijaga.
Gambar 7. Grafik pertumbuhan populasi alga
2. Kepadatan populasi alga
Kepadatan populasi alga dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya cahaya, temperatur, aerasi, dan medium nutrien. Cahaya dalam ruang alga dapat dikontrol dengan menggunakan satu atau dua buah lampu flouresen dengan intensitas 6—10.000 lux. Jika intensitas penyinaran terlalu tinggi maka sel-sel alga dapat rusak sebagai alga tidak akan berkembang. Dari hasil percobaan, meskipun klorela dapat dikulturkan pada suhu 15-35° C, tetapi untuk perkembangan populasinya maka suhu yang terbaik yaitu 20—35° C.
Sistem aerasi bertujuan untuk menjaga alga agar menyebar merata. Selain itu, sistem aerasi juga dapat mencegah penempelan alga pada dinding tabung kultur. Penghitungan tingkat kepadatan dinyatakan dalam jumlah sel per milimeter dengan menggunakan sebuah gelas objek haemocytometer yang diamati di mikroskop. Caranya, haemocytometer dilihat di mikroskop. Di situ akan tampak garis-garis sebagai ruang hitung. Ruang hitung tersebut mempunyai dimensi kedalaman 0,1 mm, panjang 1,0 mm, dan lebar 1,0 mm sehingga jika dihitung volumenya menjadi 0,0001 cm3. luas ruang hitung adalah 1,0 mm2 yang terbagi dalam 400 kotak masing-masing luasnya
Gambar 8. Perhitungan kepadatan klorela dengan haemocytometer
Model Thoma
0,0025 mm2. Penghitungan sel klorela dilakukan dengan meneteskan air yang mengandung klorela pada haemocytometer lalu ditutup dengan cover glass kemudian dilihat di mikroskop dengan perbesaran 100—400 kali. Nilai kepadatan klorela dapat dihitung pada 400 kotak bila kepadatannya relatif rendah. Namun, bila kepadatan klorela sangat tinggi maka penghitungan hanya dilakukan pada beberapa kotak saja yang dipilih secara acak. Dengan demikian, penghitungan kepadatan sel klorela dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut.
Atau
Rata-rata jumlah sel/kotak x 400 kotak x 10.000/ml = .. sel/ml (bila dihitung beberapa kotak)
3. Penumbuhan alga
Tahap berikutnya adalah mengkulturkan alga di luar ruangan secara massal. Tahap ini dilakukan setelah kultur murni mencapai kepadatan tertinggi sekitar 100—120 kali 106 sel per mililiter dan dijadikan sebagai benih alga untuk kultur di luar ruangan dengan skala yang lebih besar lagi. Kultur di luar ruangan menggunakan media air laut dengan kapasitas yang lebih besar. Kultur ini menggunakan pupuk teknis (pupuk yang sering digunakan untuk tanaman) dan menggunakan sinar matahari untuk proses fotosintesis. Kultur alga ini membutuhkan bak-bak 0,5—1 m3 bahkan dapat menggunakan bak berukuran 4—30 m3 tergantung skala usaha. Di Jepang, kultur alga ini ada yang menggunakan bak bervolume 100—150 m3. Jenis pupuk serta dosis yang digunakan dalam setiap meter kubik media air kultur adalah 100 g (NH4)2 SO4 (pupuk ZA), 30 g kalsium super- fosfat (TSP), dan 10 g urea.
Benih klorela ditebarkan sejumlah 1-2 juta sel/ml atau kurang lebih sepersepuluh dari volume bak dan dipasok aerasi sebagai sumber oksigen Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi hari untuk menghindari kematian benib. Klorela akan berkembang biak dengan baik bila air kultur menjadi hijau, berarti tingkat kepadatannya tinggi.
Biasanya, setelab 5 - 7 hari pemeliharaan klorela dapat dipanen untuk tujuan pengemba ngan lagi atau digunakan untuk kultur zooplankton atau pemeliharaan larva. Namun, lamanya kultur juga dipengaruhi oleh cuaca. Kepadatan tertinggi pada kultur massal di luar ruangan mencapai sekitar 30 x 106 sel/ml kemudian kultur dipanen dan bak-bak dibersihkan untuk kultur lagi. Pengembangan selanjutnya dilakukan dengan prinsip sama seperti awal. Namun, pengembangan kultur ini dapat juga dilakukan bila kondisi air klorela pada saat pemanenan disisakan kira-kira seperlima bagian kemudian dapat diisi lagi air laut yang telah bersih dan diberi pupuk. Kultur plankton ini harus dilakukan secara rutin untuk kontinuitas tersedianya jasad pakan.
Kadang-kadang di dalam kultur itu juga dijumpai alga yang tidak baik perkembangannya. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kontaminasi organisme Ciliata dan atau protozoa yang mengakibatkan
terhambatnya perkembangan klorela. Perkembangan klorela yang terhambat ini dapat diamati dari dngkat kepadatan yang sedikit demi sedikit menurun dan akhirnya dapat mad total. Untuk mencegah kontaminasi tersebut dapat digunakan klorin 10 g/m3 air kultur selama 15—30 hari. Dengan menggunakan klorin ini diharapkan kontamin yang tidak diinginkan akan mati sehingga hanya klorela saja yang akan hidup karena klorela tahan terhadap klorin.