Kamis, 29 Oktober 2009

Syarat Hidup ikan Nila

Syarat Hidup ikan Nila
Nila memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan hidupnya, sehingga bisa dipelihara di dataran rendah yang berair payau hingga di dataran tinggi yang berair tawar. Habitat hidup ikan ini cukup beragam, bisa di sungai, danau, waduk, rawa, sawah, kolam, atau tambak. Nila dapat tumbuh secara normal pada kisaran suhu 14-38° C dan dapat memijah secara alami pada suhu 22-37° C. Untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan, suhu optimum bagi ikan ini adalah 25-30° C. Pertumbuhan nila biasanya akan terganggu jika suhu habitatnya lebih rendah dari 14° C atau pada suhu di atas 38° C. Pada suhu 6° C atau 42° C ikan ini akan mengalami kematian.
Selain suhu,faktor lain yang bisa mepengaruhi kehidupan nila adalah salinitas atau kadar garam. Nila bisa tumbuh dan berkembang biak di perairan dengan salinitas 0-29%. (promil). Ikan ini masih bisa tumbuh, tapi tidak bisa berproduksi di perairan dengan salinitas 29-35%.. Nila yang masih kecil atau benih biasanya lebih cepat menyesuaikan diri terhadap kenaikan salinitas dibandingkan dengan nila yang berukuran besar.
Sumber : Khairul Amri, S.Pi,M.Si dan Khairuman, S.P, Agromedia Pustaka, 2008

Rabu, 28 Oktober 2009

Morfologi ikan Nila

Morfologi ikan Nila

Berdasarkan morfologinya, kelompok ikan Oreochromis memang berbeda dengan kelompok tilapia. Secara umum, bentuk (tubuh nila memanjang dan ramping, dengan sisik berukuran besar. Betuk matanya besar dan menonjol dengan tepi berwarna putih. Gurat sisi (linea literalis) terputus di bagian tengah tubuh, kemudian berlanjut lagi, tetapi letaknya lebih ke bawah dibandingkan dengan letak garis yang memanjang di atas sirip dada. jumlah sisik pada gurat sisi 34 buah. Sirip punggung, sirip perut, dan sirip duburnya memiliki jari-jari lemah, tetapi keras dan tajam seperti duri. Sirip punggung dan sirip dada berwarna. hitam. Pinggir sirip punggung berwarna abu-abu atau hitam.
Banyak orang yang keliru membedakan antara nila dan mujair (Oreochromis mossambicus). Letak perbedaan keduanya bisa dilihat dari perbandingan antara panjang total dan tinggi badan. Untuk nila perbandingannya 3 : 1 dan untuk mujair 2 : 1. Selain itu, ada pola garis-garis vertikal yang terlihat sangat jelas di sirip ekor dan sirip punggung nila. jumlah garis vertikal di sirip ekor ada enam buah dan di sirip punggung ada delapan buah. Garis dengan pola yang sama (garis vertikal) juga terdapat di kedua sisi tubuh nila dengan jumlah delapan buah.
Nila memiliki lima buah Sirip, yaitu sirip punggung (dorsal fin), sirip data (pectoral fin) sirip perut (venteral fin), sirip anal (anal fin),dan sirip ekor (caudal fin). Sirip punggungnya memanjang dari bagian atas tutup ingsang sampai bagian atas sirip ekor. Terdapat juga sepasang sirip dada dan sirip perut yang berukuran kecil dan sirip anus yang hanya satu buah berbentuk agak panjang. Sementara itu, jumlah sirip ekornya hanya satu buah dengan bentuk bulat.
jika dibedakan berdasarkan jenis kelaminnya, nila jantan memiliki ukuran sisik yang lebih besar dibandingkan dengan nila betina. Alat kelamin nila jantan terletak di depan anus. Bentuknya berupa tonjolan agak runcing, berfungsi sebagai saluran urine dan saluran sperma. jika perut nila jantan diurut, akan mengeluarkan cairan bening. Sementara itu, alas kelamin nila betina juga terletak di depan anus, tetapi memiliki lubang genital yang terpisah dengan lubang saluran urine. Bentuk hidung dan rahang belakang nila jantan melebar dan berwarna biru muda. Sementara bentuk hidung dan rahang belakang nila betina agak lancip dan berwarna kuning terang. Sirip punggung dan sirip ekor nila jantan berupa garis putus-putus, sedangkan pada nila betina tidak terputus dan melingkar.
Sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P, Agromedia Pustaka, 2008

Senin, 26 Oktober 2009

Sejarah dan Asal-usul ikan nila

Sejarah dan Asal-usul

Nila pertama kali didatangkan dariTaiwan ke Bogor (Balai Penelitian Perikanan AirTawar) pada tahun 1969. Setahun kemudian, ikan ini mulai ditebarkan ke beberapa daerah. Pemberian nama nila berdasarkan ketetapan Direktur Jenderal Perikanan pada tahun 1972. Nama tersebut diambil dari narna species ikan ini, yakni nilotica yang kemudian diubah menjadi . Nama nilotica menunjukan daerah asal ikan ini, yaitu sungai

Secara alami ikan ini melakukan migrasi dari habitat aslinya di sungai Nil di Uganda (bagian hulu Sungai Nil) kw arah selatan melewati Danau Raft dan Tanganyika hingga ke Mesir (sepanjang Sungai Nil). Nila juga terdapat di Afrika bagian tengah dan barat. Populasi terbanyak ditemukan di kolam-kolam ikan di Chad dan Nigeria. Dengan campur tangan manusia, saat ini nila telah menyebar ke seluruh dunia mulai dari Benua Afrika, Amerika, Eropa, Asia, dan Australia.
Klasifikasi
Awalnya, nila dimasukkan ke dalam jenis Tilapia nilotica atau ikan dari golongan tilapia yang tidak mengerami telur dan larva di dalam mulut induknya. Dalam perkembangannya, para pakar perikanan menggolongkannya ke dalam jenis Sorotherodon niloticus atau kelompok ikan tilapia yang mengerami telur dan larvanya di dalam mulut induk jantan dan betina. Akhirnya, diketahui bahwa yang mengerami telur¬ dan larva di dalam mulut hanya induk betinanya. Para pakar perikanan kemudian memutuskan bahwa nama ilmiah yang tepat untuk ikan ini adalah Oreochromis niloticus atau Oreochromis sp. Berikut ini klasifikasi nila selengkapnya.

Filum: Chordata
Subfilum: Vertebrata
Kelas: Pisces
Subkelas: Acanthopterigii
Ordo: Perciformes
Familia: Cichlidae
Genus: Oreochromis
Spesies: Oreochromis niloticus
Nama Asing: nile tilapia
Nama Lokal: nila

Sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P, Agromedia Pustaka, 2008

Minggu, 25 Oktober 2009

IKAN NILA

NILA

Nila merupakan salah satu komoditas penting budi daya perikanan air tawar di Indonesia. Ikan ini merupakan ikan introduksi yang didatangkan secara bertahap ke Indonesia. Pertama kali didatangkan pada tahun 1969. Nila disenangi tidak hanya karena rasa dagingnya yang khas, tetapi juga karena laju pertumbuhan dan perkembangbiakannya yang cepat. Di kalangan peternak, nila merupakan andalan dalam mencetak rupiah.

Berat tubuh ikan ini bisa mencapai 1 kg per ekor. Namun, kepopuleran nila tidak semata-mata hanya karena laju pertumbuhannya, yang cepat. Faktor lain yang memegang peran penting adalah cita rasa dagingnya yang khas dan harga jualnya yang terjangkau oleh masyarakat.



Warna dagingnya yang putih, tidak berduri banyak, serta harganya yang murah menjadikan ikan ini sebagai sumber protein yang mudah dan murah didapat. Hal ini bisa dimengerti karena kandungan proteinnya cukup tinggi, mencapai 17,5%.


Selain di Indonesia, nila juga banyak dibudidayakan di negara Asia Tenggara lain, terutama di Filipina, Malaysia, dan Thailand. Di Indonesia, Ikan ini sudah tersebar hampir ke seluruh pelosok wilayah tanah air. Satu hal yang menguntungkan—meskipun sebagai ikan pendatang tehnik budi daya nila ternyata tidak sesulit dan serumit yang dibayangkan. Selain bisa dipelihara di kolam biasa, seperti yang umum dilakukan, nila juga bisa dibudidayakan di berbagai media lain, seperti kolam air deras, kantong jaring apung, karamba, sawah, bahkan di tambak air payau-
Sumber : Khairul Amri, S.Pi.M.Si dan Khairuman, S.P. Agromedia Pustaka. 2008

Teknologi Budi Daya ikan mujaer

Teknologi Budi Daya

Teknologi budi daya mujair tidak serumit teknologi budi daya ikan jenis lainnya. Umumnya, teknologi budi daya nila dapat diterapkan untuk pembudidayaan mujair. Namun, karena mujair mudah memijah dan tidak, memerlukan perlakuan khusus, maka pembudidayaanya lebih banyak, dilakukan secara tradisional. Cara pemijahannya dilakukan dengan; menebar beberapa pasang induk mujair ke dalam kolam pemijahan' Secara alami, mereka akan memijah dan menghasilkan banyak benih dalam waktu yang tidak terlalu lama, sehingga kadang-kadang menjadi berlebihan. Hal inilah yang menyebabkan mujair tidak dibudidayakan secara serius karena mudah sekali berkembang biak.


Peluang Pasar
Mujair digemari karena rasa dagingnya yang enak. Mujair ukuran konsumsi banyak dijual di pasar-pasar tradisonal dan pasar swalayan. Harganya tidak semahal harga nila, sehingga jumlah penggemarnya sangat banyak. Selain digoreng, ikan ini juga bisa diolah menjadi ikan asin. Selain dijual sebagai ikan konsumsi, mujair dapat dijual sebagai pakan ikan buas, {ikankarnivora) seperti ikan gabus atau ikan Oscar. Bahkan, pembudidaya ikan kakap putih biasa memberikan mujair sebagai pakannya dengan cara memeliharanya secara polikultur, sehingga kakap putih tidak perlu diberi pakan tambahan.

sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P, AgroMedia Pustaka, 2008

Sabtu, 24 Oktober 2009

ikan mujair

MUJAIR

Mujair (Oreochromis mosambicus) yang sebelumnya dikenal sebagai Tilapia mosombica merupakan ikan ekonomis penting dan dikenal cukup luas oleh masyarakat di tanah air. Ikan yang merupakan kerabat dekat nila ini berasal dari Afrika dan secara alami banyak ditemukan di sungai-¬sungai di wilayah Mozambik. Itulah sebabnya mengapa ikan ini diberi name latin Oreochromis mosambicus.

sebagai ikan introduksi, mujair pertama Kali ditemukan di daerah Blitar selatan. Nama mujair diberikan sebagai penghargaan kepada bapak Mujair yang pertama kali menemukannya pada tahun 1939. Di Indonesia Mujair merupakan ikan yang dibudidayakan di kolam air tawar dan di tambak air payau. Di habitat aslinya, mujair banyak ditemukan hidup liar di berbagai perairan air tawar, mulai dari danau, waduk, situ, rawa maupun sungai. Selain itu, mujair juga dapat ditemukan di air payau seperti di tambak atau muara sungai. Kemampuan hidup di air payau tersebut sangat dimungkinkan karena mujair memiliki toleransi yang besar terhadap berbagai tingkat salinitas air. Bahkan, masuknya ikan ini ke Indonesia diduga terjadi melalui laut (Samudera. Hindia), kemudian masuk ke perairan payau di selatan Jawa (Blitar).
kalsifikasi
phylum :Chordate
subfilum : Vertebrata
kelas: Pisces
sub kelas: Acanthopterigii
ordo: Perciformes
family: Cichlidae .
genus: Oreochromis
species: Oreochromis mosambicus
Nama asing:mossambique tilapia
Nama Lokal: mujair, ikan jepang, jabir
Kebiasaan Makan
Mujair termasuk ikan pemakan segala (omnivore) yang memiliki sifat rakus terhadap pakan. Pakan utamanya adalah lumut-lumutan, tumbuhan air, serta serangga dan hewan kecil seperti cacing. Kebiasaan makan yang rakus menyebabkan panjang mujair dewasa bisa. mencapai maksimum 40 cm.
Sumber : Khairul Amri, S.Pi,M.Si dan Khairuman, S.P, Agromedia Pustaka, 2008

Jumat, 23 Oktober 2009

download e-book, budidaya ikan

BUDIDAYA IKAN HIAS.pdf

Rainbow (Melanotaenia maccullochi)

download. pdf



BUDIDAYA IKAN MUJAER.pdf

download.pdf



Budidaya teripang pasir

download.pdf



Awal daur hidup ikan

download.pdf




budidaya gabus malas





budidaya kerang hijau





tehnik produksi ikan nila jantan yy





kolam kan





budiaya ikan cobia





budidaya ikan bandeng





budidaya kerang abalon





beternak cupang





budidaya ikan guppy





budidaya nila merah





budidaya oskar





budidaya kakap putih





budidaya udang barong





maanvis





ikan patin





budidaya kerapu macan





penyakit ikan





kerapu batik





colisa labiosa





IKAN CUPANG





budidaya tiram mutiara





budidaya ikan hias krisbensis





morfologi ikan patin