Ubi Mentega adalah salah satu sub species dari Ubi Kayu, yang warnanya kekuning kuningan dan biasanya Ubi Mentega ini di jadikan sebagai bahan Opak atau Kerupuk
Syarat Tumbuh Ubi Mentega
Tanaman ini tumbuh optimal pada ketinggian antara 10-700m dpl. Tanah yang sesuai adalah tanah yang berstruktur remah, gembur, tidak liat juga tidak poros. Selain itu kaya akan unsure hara. Jenis tanah yang sesuai adalah tanah alluvial, latosol, podsolik merah kuning, mediteran, grumosol dan andosol. Sementara itu pH yang dibutuhkan antara 4,5-8, dan untuk pH idealnya adalah 5,8.
Curah hujan yang yang diperlukan antara 1.500 – 2500 mm/tahun. Kelembaban udara optimal untuuk tanaman antara 60%-65%. Suhu udara minimal 10’C. Kebutuhan akan sinar matahari sekitar 10 jam tiap hari. Hidup tanpa naungan.
Persiapan bibit Ubi Mentega
Ubi mentega paling mudah untuk diperbanyak. Cara yang lazim digunakan adalah perbanyakan dengan cara setek batang dari batang panenan sebelumnya. Setek yang baik diambil dari batang bagian tengah tanaman agar matanya tidak terlalu tua maupun tidak terlalu tua. Batang yang baik berdiameter 2-3 cm. Pemotongan batang stek dapat dilakukan dengan menggunakan pisau atau sabit yang tajam dan steril. Jangan memakai gergaji untuk memotongnya karena gesekan gergaji akan menimbulkan panas yang akan merusak bagian pangkal dari batang. Potongan batang untuk setek yang baik adala 3-4 ruas mata atau 15-20 cm. Bagian bawah dari batang stek dipotong miring dengan maksud untuk menambah dan memperluas daerah perakaran.
Persiapan lahan Ubi Mentega
Untuk menanam ubi mentega ini tidak begitu sulit. Untuk daerah yang mempunyai curah hujan cukup tinggi ataupun terlalu banyak air, penanaman dilakukan dalam sebuah guludan atau bedeng. Selain itu, dengan menggunakan guludan memudahkan kita dalam pemanenan.
Untuk daerah yang mempunyai curah hujan sedikit atau kering, penanaman tidak perlu dilakukan dengan membuat guludan. Penanaman dapat dilakukan pada tanah yang rata. Tanah di cangkul dan di remahkan kemudian diratakan dan pengguludan dapat dilakukan setelah tanaman berumur 2-3 bulan setelah tanam. Pada saat perataan dapat pula disebarkan pupuk kandang atau kompos untuk penambahan unsure hara. Pengolahan tanah yang sempurna diikuti dengan pembuatan guludan yang dibuat searah dengan kontur tanah sebagai upaya pengendalian erosi. Selain itu dengan pembuatan guludan juga dapat memaksimalkan hasil dibandingkan dengan system tanpa olah tanah setelah tanam.
Penanaman Ubi Mentega.
Waktu penanaman yang baik dilakukan pada awal musim kering atau kemarau dengan maksud untuk hasil penanaman dapat dipanen pada awal musim hujan.
Batang yang telah dipotong tadi kemudian ditanamkan dalam tanah. Jangan sampai terbalik, tanda yang dapat kita lihat dari arah mata dari tiap ruas batang yang disetek. Arah mata menuju ke atas dibawahnya bekas tangkai daun.
Batang setek di tanam agak miring dengan kedalaman 8-12 cm. Pada lahan tanaman yang subur dapat digunakan populasi tanaman 10.000 batang/ha dan untuk lahan yang kurang begitu subur dapat digunakan populasi 14.500 batang/ha. Jarak tanam dengan system monokultur adalah 100 x 50 cm. Untuk system tumpang sari, penanaman dapat menyesuaikan dengan lahan dan tanaman lainnya.
Pemeliharaan Ubi Mentega
Tanaman ini termasuk tanaman yang dapat mandiri sehingga, tanaman ini menjadi mudah dalam pemeliharaanya.
Penyulaman dapat kita lakukan 2-3 minggu setelah tanam. Bibit penyulaman seharusnya sudah disediakan ketika pengadaan bibit tanaman yang dapat pula ditanam pada pinggir lahan pertanaman. Hal ini untuk membuat tanaman ini seragam dalam pemanennya.
Agar tanaman dapat tumbuh baik dan optimal dilakukan dengan pengurangan mata tunas saat awal tunas itu muncul atau 1-1,5 bulan setelah tanam. Sisakan maksimal 2 tunas yang paling baik dan sehat dalam satu tanaman.
Penyiangan dilakukan pada umur 2-3 bulan setelah tanam dan menjelang panen. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pemanenan serta mencegah kehilangan hasil panen selain mengendalikan populasi gulma yang tumbuh. Selain itu saat penyiangan dilakukan dengan membumbuni batang tanaman sehingga dapat menjadi guludan.
Hama dan penyakit Ubi Mentega
Hama yang sering menyerang tanaman ini biasanya adalah hama tungau merah (Tetranus urticae) dan serangan bakteri layu (Xanthomonas campestis) serta penyakit Hawar Daun (Cassava Bacterial Bligh / CBB)
Panen Ubi Mentega.
Kriteria ubi mentega yang optimal adalah pada saaat kadar pati optimal. Yakni ketika tanaman itu berumur 6-9 bulan apabila untuk konsumsi. Untuk pembuatan produk seperti tepung sebaiknya ubi mentega dipanen pada umur lebih dari 10 bulan, dan itu juga tergantung akan varietas yang ditanam. Ciri saat panen adalah warna daun menguning dan banya yang rontok.
Cara pemanenan dilakukan dengan membuat atau memangkas batang ubi mentega terlebih dahulu dengan tetap meninggalkan batang sekitar 15 cm untuk mempermudah pencabutan. Batang dicabut dengan tangan atau alat pengungkit dari batang kayu atau linggis. Hindari pemakaian cangkul, karena permukaannya yang lebar yang tanpa disadari dapat memotong ubi.
Umbi yang baik setelah panen hanya berumu 1-3 hari tergantung penyimpanan. Setelah itu umbi sudah melakukan banyak perombakan kalori. Bahkan, kadang umbi berwarna kebiruan apabila kandungan HCNnya tinggi. Dan munculnya warna ini sangat mempengaruhi kualitas tepung.
Tampilkan postingan dengan label ubi kayu. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ubi kayu. Tampilkan semua postingan
Senin, 30 April 2012
Jumat, 27 April 2012
Budidaya Ubi Roti

ubi roti termasuk tanaman tropis, tetapi dapat pula beradaptasi dan tumbuh dengan baik di daerah sub tropis.
Secara umum tanaman ini tidak menuntut iklim yang spesifik untuk pertumbuhannya. Namun demikian ubi roti akan tumbuh dengan baik pada iklim dan tanah sbb:
Iklim:
Curah hujan : 800 -900 mm/thn
Tinggi tempat : 0 -1.450 m dpl
Suhu : 24 derajat - 30 derajat Celsius
Tanah:
Tekstur : berpasir hingga liat, tumbuh baik pada tanah lempung
berpasir yang cukup hara
Struktur : gembur
pH Tanah : 5 - 9 , optimal 5,7
BIBIT UBI ROTI
Bibit ubi roti yang baik, berasal dari tanaman induk yang mempunyai persyaratan :
1. Produksi Tinggi
2. Kadar tepung tinggi
3. Umur genjah ( 7 - 9 bulan )
4. Rasa enak
5. Tahan terhadap Hama dan Penyakit
bibit ubi roti umumnya terdapat banyak di daerah lampung dan sumatera utara
ubi roti ditanam dari stek batang, syarat stek batang ubi roti yang siap ditanam adalah sbb:
a. ubi roti telah berumur 8-11 bulan, diameter 3 cm, telah berkayu, lurus dan masih segar
b. Panjang stek 25 - 30 cm, bagian pangkal diruncingi, agar memudahkan penanaman, usahakan kulit stek tidak terkelupas, terutama pada bakal tunas
c. Bagian batang ubi roti yang tidak dapat di gunakan untuk ditanam adalah 20-25 cm pada bagian pangkal batang dan 20 - 30 cm pada bagian ujung atau pucuk tanaman
PENGOLAHAN TANAH PENANAMAN UBI ROTI
Waktu mengerjakan tanah sebaiknya pada saat tanah tidak dalam keadaan becek atau berair, agar struktur tanah tidak rusak. Tujuan pengolahan tanah adalah agar tanah menjadi gembur sehingga pertumbuhan akar dan umbi berkembang dengan baik.
Cara pengolahan:
1. Tanah ringan/gembur : tanah dibajak atau di cangkul 1-2 kali sedalam kurang lebih 20 cm, diratakan langsung ditanami
2. Tanah berat dan berair: tanah dibajak atau di cangkul 1 - 2 kali sedalam kurang lebih 20 cm, dibuat bedengan-bedengan atau guludan juga dibuat saluran drainase, baru dapat ditanam
PENANAMAN UBI ROTI
Penanaman ubi roti dapat dilakukan setelah bibit/stek dan tanah disiapkan. Waktu. yang baik untuk penanaman adalah permulaan musim hujan. Hal ini disebabkan ubi roti memerlukan air terutama pada pertumbuhan vegetatif yaitu umur 4-5 bulan, selanjutnya kebutuhan akan air relatif lebih sedikit.
Jarak tanam tanaman ubi roti secara monokultur: 100 x 100 ; 100 x 60 ; 100 x 40.
Jarak tanam tanaman ubi roti secara tumpang sari:
1. ubi roti dengan kacang tanah 200 x 60 cm.
2. ubi roti dengan jagung 100 x 60 cm.
Cara menanam ubi roti dianjurkan stek tegak lurus atau minimal membentuk sudut 60 derajat dengan tanah dan kedalaman stek 10 - 15 cm.
PEMUPUKAN UBI ROTI
Untuk mencapai hasil yang tinggi perlu diberikan pupuk organik ( pupuk kandang, kompos dan pupuk hijau ) dan pupuk an organik ( Urea, TSP, KCL ). Pupuk organic sebaiknya diberikan bersamaan dengan pengolahan tanah. Tujuan utama pemberian pupuk ini adalah untuk memperbaiki struktur tanah. Pupuk an-organik diberikan tergantung tingkat kesuburan tanah. Pada umumnya dosis pupuk anjuran untuk tanaman ubi roti adalah:
- Urea : 60 - 120 kg hl/ ha
- TSP : 30 kg P205/ ha
- KCL : 50 kg K20/ ha
Cara pemberian pupuk adalah:
1. Pupuk dasar : 1/3 bagian dosis Urea, KCL., dan seluruh dosis P (TSP) diberikan pada saat tanam
2. Pupuk susulan : 2/3 bagian dari dosis Urea dan KCL diberikan pada saat tanaman berumur 3 - 4 bulan
PEMELIHARAAN TANAMAN UBI ROTI
Pemeliharaan tanaman perlu dilakukan untuk mendapatkan tanaman yang sehat, baik, seragam dan memperoleh hasil yang tinggi. Pemeliharaan ubi roti meliputi:
Penyulaman
Apabila ada tanaman ubi roti yang mati atau tumbuh sangat merana harus segera dilakukan penyulaman. Waktu untuk penyulaman paling lambat 5 minggu setelah tanam.
Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan dilakukan apabila sudah mulai tampak adanya gulma (tanaman pengganggu). Penyiangan kedua dilakukan pada saat ubi roti berumur 2-3 bulan sekaligus dengan melakukan pembumbunan. Pembumbunan dilakukan untuk memperbaiki struktur tanah sehingga ubi roti dapat tumbuh dengan sempurna, memperkokoh tanaman supaya tidak rebah.
Pembuangan tunas
Pembuangan tunas dilakukan pada saat tanaman berumur 1-1,5 bulan, apabila dalam satu tanaman tumbuh lebih dari dua tunas.
HAMA DAN PENYAKIT UBI ROTI
Hama penting bagi tanaman ubi roti adalah Tungau daun merah dan Kumbang. Sedangkan penyakit yang sering menyerang ubi roti adalah Layu bakteri dan Bercak daun.
Untuk mengendalikan serangan hama dan penyakit pada tanaman ubi roti adalah :
1. Sanitasi lapang setelah panen ( sisa tanaman dibakar )
2. Menggunakan bibit yang sehat dari varietas tahan penyakit
3. Pengolahan tanah secara sempurna
4. Pergiliran tanaman dengan palawija/tanaman lainnya
PANEN UBI ROTI
Kriteria ubi roti yang optimal adalah pada saaat kadar pati optimal. Yakni ketika tanaman itu berumur 6-9 bulan apabila untuk konsumsi. Untuk pembuatan produk seperti tepung sebaiknya ubi roti dipanen pada umur lebih dari 10 bulan, dan itu juga tergantung akan varietas yang ditanam. Ciri saat panen adalah warna daun menguning dan banya yang rontok.
Cara pemanenan dilakukan dengan membuat atau memangkas batang ubi roti terlebih dahulu dengan tetap meninggalkan batang sekitar 15 cm untuk mempermudah pencabutan. Batang dicabut dengan tangan atau alat pengungkit dari batang kayu atau linggis. Hindari pemakaian cangkul, karena permukaannya yang lebar yang tanpa disadari dapat memotong ubi.
Umbi yang baik setelah panen hanya berumu 1-3 hari tergantung penyimpanan. Setelah itu umbi sudah melakukan banyak perombakan kalori. Bahkan, kadang umbi berwarna kebiruan apabila kandungan HCNnya tinggi. Dan munculnya warna ini sangat mempengaruhi kualitas tepung.
Sumber: dari berbagai sumber
Kamis, 26 April 2012
Ubi Kayu Menguntungkan Petani
Ubi Kayu Menguntungkan Petani
sumber : Medan Bisnis
Biaya produksi atau modal sedikit, cara pengelolaan yang gampang dan dapat menghasilkan untung besar, memang menjadi tujuan setiap orang dalam menjalankan usaha. Bukan hal yang mustahil untuk mencapai kesuksesan dengan cara tersebut, karena hanya dengan menanam ubi kayu yang dapat tumbuh dengan gampangnya dan di mana saja, bisa mendapatkan keuntungan sekitar Rp 15 juta per hektare dalam sekali panen atau berkisar 7 hingga 8 bulan.
Siapa yang tidak kenal dengan komoditas ubi kayu? Selain tumbuhan yang gampang ditanam, ubi juga pernah merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia sebelum merdeka. Kini dengan perkembangan zaman, ubi bukan hanya termasuk makanan tradisonal, namun dapat dikelolah menjadi berbagai macam pilihan makanan ringan seperti tela-tela, keripik, getuk, gatot, gamplek, kue-kue basah, tepung tapioka, dan beberapa produk kimia seperti alkohol, gula cair (maltosa, glukosa, fruktosa), sorbitol, siklodekstrin, asam sitrat serta juga jadi bahan tambahan makanan ternak.
Sarmin mungkin salah satu dari sekian petani yang mengembangkan tanaman ubi kayu di Indonesia. Gampang dan menguntungkan, menjadi alasan bapak berusia 68 tahun ini menanam ubi kayu dilahan nya yang berukuran 2 hektare di wilayah Pasar IV Garmonia Jalan Kelambir Lima Kabupaten Deliserdang.
"Menanam ubi itu gampang, diletak di mana saja batangnya bisa tumbuh. Bahkan lahan bapak ini tidak perlu pakai pupuk karena memang masih subur. Sedangkan permintaan ubi kayu selalu ada," ujarnya kepada MedanBisnis.
Untuk tanaman ubi kayu, diakui Sarmin yang masih terlihat segar bugar ini, baru dikembangkannya dalam setahun belakangan atau sekitar Maret 2009 lalu. Bibit yang digunakannya masih berasal dari bibit lokal dengan hasil produksi mencapai 25 ton per hektare.
Pemasaran ubi, ia yang juga dibantu istri dan tiga orang anaknya ini tidak perlu repot-repot karena agen selalu siap menampung ubi yang dihasilkannya, dengan harga Rp 600 perkg. Bahkan, gudang tempat penyimpanan panen ubi telah tersedia, sehingga petani yang menanam ubi kayu disekitar lahan kebun PTPN2 Helvet tersebut dapat mengumpulkan hasilnya sebelum para agen datang untuk membeli.
Jenis ubi kayu yang ditanamnya pun bermacam-macam, yakni ubi Berastagi atau sering disebut oleh masyarakat sekitar ubi nyonya. Ubi memiliki kulit putih dan biasa dijadikan kripik karena daging ubi sangat lembut. Selain itu juga ada ubi roti untuk direbus karena sangat lembut serta ubi mentega yang berwarna kuning dan biasa dikelolah untuk opak.
"Semua bibit masih dari sini, ada rencana mau ambil dari Lampung karena disana kan memang daerah yang paling besar di Indonesia. Menurut info, bibit nya dapat menghasilkan 100 ton per hektare," jelas Sarmin.
Sambil mencabut satu batang pohon ubi dan memperlihatkan umbi yang rata-rata berukuran besar, Sarmin mengakui, biaya produksi yang dikeluarkannya dalam sekali masa tanam hingga panen hanya berkisar Rp 2 juta untuk pengolahan lahan dan membersihkan rumput di sekitar tanaman. Sedangkan keuntungan yang diperolehnya bisa mencapai Rp 15 juta per hektare dengan waktu tujuh hingga delapan bulan saja.
"Masa panen tumbuhan ubi mencapai 7 atau 8 bulan. Atau dalam dua tahun, bisa tiga kali panen. Apalagi, kalau tanaman diberi pupuk dan memakai bibit unggulan, produksi akan bertambah dan keuntungan bisa diatas itu," ungkapnya dengan senyum.
Untuk keuntungan yang diperoleh dari tanaman ubi kayu ini, Sarmin menggunakannya membeli lahan baru untuk mengembangkan tanaman hortikultura.
Bahkan, kini ia sudah memiiliki lahan seluas delapan hektare yang ditanaminya berbagai komoditas dari ubi kayu, jagung, kelapa sawit dan pepaya Taiwan. Sarmin juaga berencana, keuntungan dari tanaman ubi kayu nya yang akan panen di Juli atau Agustus nanti, akan membeli lahan di daerah Dumai, Pekanbaru untuk ditanami kelapa sawit.
"Menjadi petani itu harus pintar-pintar memilih komoditas yang mau ditanam. Kalau ubi kayu, masih sangat menjanjikan karena sekarang sudah sulit mendapatkan ubi kayu. Apalagi pabrik pengelolahannya sudah banyak, jadi tanaman ini bisa menjadi alternatif untuk mendapatkan keuntungan," tutur Sarmin dengan raut wajah serius.
Menurutnya, tanaman yang sudah panen, sebatang pohon ubi kayu yang panjangnya berkisar 1,5 hingga 2 meter ini, masih bisa ditatam lagi dengan ukuran potongan masing-masing 20 centimeter atau sekitar 20 batang perpohon. Jadi, selain tidak memerlukan biaya lagi untuk membeli bibit baru, batang ubi kayu sebelumnya bisa langsung ditanami baru lagi dengan ukuran jarak 60 cm x 80 cm.
Dari tanaman ubi kayu yang dikembangkannya, Sarmin bukan hanya mengharapkan umbi nya saja untuk dipasarkan tapi juga menjual daun ubi. Dalam seharinya, 150 ikat daun ubi dijual di Pasar Kampung Lalang Medan dengan harga tolak pada pedagang sekitar Rp 60 perikat nya. Khusus untuk menghasilkan daun ubi ini ia memanfaatkan lahan satu hektare miliknya.
"Batang ubi yang kita tanam dalam sebulan saja sudah bisa menghasilkan daun ubi yang yang bisa dipetik. Pemasarannya pun sangat bagus, meski harga nya masih sangat murah," jelas Sarmin.
Selain ubi dan daun nya, Sarmin juga mengelolah pembuatan gaplek yang dijualnya dengan harga Rp 2.100 perkg di daerah Tanjung Morawa. Gaplek itu, katanya, ubi kayu yang sudah dipotong-potong dengan ukuran kasar dan kemudian dikeringkan dalam waktu dua hari atau tergantung dengan cuaca. Ubi yang telah dikeringkan ini bisa dijual langsung ke pabrik pakan ternak atau juga ke pabrik pembuatan tepung tapioka.
"Industri pengelolahannya tersedia, tanaman ubi kayu masih sangat menguntungkan," tuturnya. (yuni naibaho)
sumber : Medan Bisnis

Siapa yang tidak kenal dengan komoditas ubi kayu? Selain tumbuhan yang gampang ditanam, ubi juga pernah merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia sebelum merdeka. Kini dengan perkembangan zaman, ubi bukan hanya termasuk makanan tradisonal, namun dapat dikelolah menjadi berbagai macam pilihan makanan ringan seperti tela-tela, keripik, getuk, gatot, gamplek, kue-kue basah, tepung tapioka, dan beberapa produk kimia seperti alkohol, gula cair (maltosa, glukosa, fruktosa), sorbitol, siklodekstrin, asam sitrat serta juga jadi bahan tambahan makanan ternak.
Sarmin mungkin salah satu dari sekian petani yang mengembangkan tanaman ubi kayu di Indonesia. Gampang dan menguntungkan, menjadi alasan bapak berusia 68 tahun ini menanam ubi kayu dilahan nya yang berukuran 2 hektare di wilayah Pasar IV Garmonia Jalan Kelambir Lima Kabupaten Deliserdang.
"Menanam ubi itu gampang, diletak di mana saja batangnya bisa tumbuh. Bahkan lahan bapak ini tidak perlu pakai pupuk karena memang masih subur. Sedangkan permintaan ubi kayu selalu ada," ujarnya kepada MedanBisnis.
Untuk tanaman ubi kayu, diakui Sarmin yang masih terlihat segar bugar ini, baru dikembangkannya dalam setahun belakangan atau sekitar Maret 2009 lalu. Bibit yang digunakannya masih berasal dari bibit lokal dengan hasil produksi mencapai 25 ton per hektare.
Pemasaran ubi, ia yang juga dibantu istri dan tiga orang anaknya ini tidak perlu repot-repot karena agen selalu siap menampung ubi yang dihasilkannya, dengan harga Rp 600 perkg. Bahkan, gudang tempat penyimpanan panen ubi telah tersedia, sehingga petani yang menanam ubi kayu disekitar lahan kebun PTPN2 Helvet tersebut dapat mengumpulkan hasilnya sebelum para agen datang untuk membeli.
Jenis ubi kayu yang ditanamnya pun bermacam-macam, yakni ubi Berastagi atau sering disebut oleh masyarakat sekitar ubi nyonya. Ubi memiliki kulit putih dan biasa dijadikan kripik karena daging ubi sangat lembut. Selain itu juga ada ubi roti untuk direbus karena sangat lembut serta ubi mentega yang berwarna kuning dan biasa dikelolah untuk opak.
"Semua bibit masih dari sini, ada rencana mau ambil dari Lampung karena disana kan memang daerah yang paling besar di Indonesia. Menurut info, bibit nya dapat menghasilkan 100 ton per hektare," jelas Sarmin.
Sambil mencabut satu batang pohon ubi dan memperlihatkan umbi yang rata-rata berukuran besar, Sarmin mengakui, biaya produksi yang dikeluarkannya dalam sekali masa tanam hingga panen hanya berkisar Rp 2 juta untuk pengolahan lahan dan membersihkan rumput di sekitar tanaman. Sedangkan keuntungan yang diperolehnya bisa mencapai Rp 15 juta per hektare dengan waktu tujuh hingga delapan bulan saja.
"Masa panen tumbuhan ubi mencapai 7 atau 8 bulan. Atau dalam dua tahun, bisa tiga kali panen. Apalagi, kalau tanaman diberi pupuk dan memakai bibit unggulan, produksi akan bertambah dan keuntungan bisa diatas itu," ungkapnya dengan senyum.
Untuk keuntungan yang diperoleh dari tanaman ubi kayu ini, Sarmin menggunakannya membeli lahan baru untuk mengembangkan tanaman hortikultura.
Bahkan, kini ia sudah memiiliki lahan seluas delapan hektare yang ditanaminya berbagai komoditas dari ubi kayu, jagung, kelapa sawit dan pepaya Taiwan. Sarmin juaga berencana, keuntungan dari tanaman ubi kayu nya yang akan panen di Juli atau Agustus nanti, akan membeli lahan di daerah Dumai, Pekanbaru untuk ditanami kelapa sawit.
"Menjadi petani itu harus pintar-pintar memilih komoditas yang mau ditanam. Kalau ubi kayu, masih sangat menjanjikan karena sekarang sudah sulit mendapatkan ubi kayu. Apalagi pabrik pengelolahannya sudah banyak, jadi tanaman ini bisa menjadi alternatif untuk mendapatkan keuntungan," tutur Sarmin dengan raut wajah serius.
Menurutnya, tanaman yang sudah panen, sebatang pohon ubi kayu yang panjangnya berkisar 1,5 hingga 2 meter ini, masih bisa ditatam lagi dengan ukuran potongan masing-masing 20 centimeter atau sekitar 20 batang perpohon. Jadi, selain tidak memerlukan biaya lagi untuk membeli bibit baru, batang ubi kayu sebelumnya bisa langsung ditanami baru lagi dengan ukuran jarak 60 cm x 80 cm.
Dari tanaman ubi kayu yang dikembangkannya, Sarmin bukan hanya mengharapkan umbi nya saja untuk dipasarkan tapi juga menjual daun ubi. Dalam seharinya, 150 ikat daun ubi dijual di Pasar Kampung Lalang Medan dengan harga tolak pada pedagang sekitar Rp 60 perikat nya. Khusus untuk menghasilkan daun ubi ini ia memanfaatkan lahan satu hektare miliknya.
"Batang ubi yang kita tanam dalam sebulan saja sudah bisa menghasilkan daun ubi yang yang bisa dipetik. Pemasarannya pun sangat bagus, meski harga nya masih sangat murah," jelas Sarmin.
Selain ubi dan daun nya, Sarmin juga mengelolah pembuatan gaplek yang dijualnya dengan harga Rp 2.100 perkg di daerah Tanjung Morawa. Gaplek itu, katanya, ubi kayu yang sudah dipotong-potong dengan ukuran kasar dan kemudian dikeringkan dalam waktu dua hari atau tergantung dengan cuaca. Ubi yang telah dikeringkan ini bisa dijual langsung ke pabrik pakan ternak atau juga ke pabrik pembuatan tepung tapioka.
"Industri pengelolahannya tersedia, tanaman ubi kayu masih sangat menguntungkan," tuturnya. (yuni naibaho)
Langganan:
Postingan (Atom)