Pemeliharaan secara intensif dewasa ini pada prinsipnya hanya mengandalkan makanan tambahan berupa pellet atau pellet yang dihancurkan menjadi bubuk dan butiran. Makanan yang diberikan akan menentukan pertumbuhan udang yang dipelihara (Deptan, 1996). Pengelolaan pakan meliputi: pemilihan jenis pakan, program pemberian pakan, pemberian pakan, waktu pemberian pakan, ancho, dan penyimpanan pakan.
a. Pemilihan Jenis Pakan
Pemilihan jenis pakan diperlukan sesuai dengan tingkatan umur dan berat udang. Pakan alami diperlukan udang pada awal penebaran. Dominasi plankton jenis Clorophyta dan Diatome adalah pakan alami yang baik, sedangkan pakan alami yang merugikan adalah Dinoflagellata dan Blue Green Algae. Pakan buatan (pellet) yang digunakan harus yang sesuai dengan kebutuhan tubuh udang berdasarkan berat udang. Pemberian pakan buatan dilakukan sejak penebaran (Aquaculture Division PT. Centralpertiwi Bahari, 2003). Kemudian Darmono (1991) mengatakan makanan udang dewasa dari ukuran post larva sampai panen biasanya adalah formula yang mempunyai komposisi protein, karbohidrat, lemak dan vitamin serta mineral yang tertentu. Komersialisasi makanan yang memiliki formula pakan sendiri - sendiri, dengan penganalisaan menunjukkan sebagai berikut protein kasar (5,00%), karbohidrat (3,60%), lemak (5,00%), abu (18,80%), dan air (5,00%). Penggunaan bahan protein yang bermutu sangat disarankan untuk mencegah penyakit defisiensi asam amino, sehingga dalam memilih bahan pakan protein harus memikirkan mutu kandungan asam amino essensialnya.
b. Program Pemberian Pakan
Aquaculture Division PT. Centralpertiwi Bahari (2003) mengatakan pemberian pakan pada udang Vannamei dibagi menjadi 2 pemberian pakan yaitu pemberian pakan pada bulan pertama (blind feeding) dan pemberian pakan pada bulan selanjutnya. Pemberian pakan pada bulan pertama dilaksanakan blind feeding mulai DOC (Day Of Culture) 1 sampai DOC 30. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian pakan pada bulan selanjutnya yang didasarkan dengan nasfu makan udang. Nafsu makan udang dilihat berdasarkan skoring anco. Sedangkan menurut Yukasano (2000), blind feeding adalah pemberian pakan terhadap udang secara maksimal. Pelaksanaan blind feeding dilakukan mulai dari DOC 1 sampai DOC 40. Pada saat blind feeding, pemberian pakan tidak mengalami pengurangan, walaupun pada kenyataannya udang tidak mau makan. Hal ini dimaksudkan untuk pembentukan air tambak dan tidak membuat FCR tinggi. Menurut Aquaculture Division PT. Centralpertiwi Bahari (2003), pemberian pakan udang setelah blind feeding, dilakukan berdasarkan nafsu makan udang. Hal yang perlu diperhatikan dalam program pemberian pakan dengan skoring anco yaitu FR, FCR dan nafsu makan udang. FR (feeding rate) yaitu presentasi yang digunakan untuk mencapai pertumbuhan optimal dan pemberian pakan yang tepat. FCR merupakan perbandingan antara jumlah pakan yang diberikan dengan jumlah biomassa udang yang dihasilkan. Nafsu udang makan sangat mempengaruhi dalam pembuatan program pemberian pakan udang. Hal yang mempengaruhi nafsu makan udang antara lain kondisi kualitas air, cuaca, kondisi dasar tambak yang kotor, suhu, kondisi pakan, periode moulting massal, penyakit, dan teknik pengoplosan pakan saat pergantian nomor pakan.
c. Pemberian Pakan
Pemberian pakan ditebar di feeding area. Feeding area adalah bagian dasar tambak yang digunakan sebagai sasaran penebaran pakan dan dikondisikan selalu dalam keadaan bersih. Untuk keperluan itu dipasang kincir untuk mengumpulkan kotoran di dasar tambak agar tersentralisasi dan mudah dibersihkan/disipon. Feeding area ini memiliki lokasi yang berbeda sesuai dengan perkembangan pertumbuhan udang (Aquaculture Division PT. Centralpertiwi Bahari, 2003).
Tampilkan postingan dengan label Vannamei. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Vannamei. Tampilkan semua postingan
Jumat, 06 April 2012
Kamis, 05 April 2012
Budidaya Udang Vanamei | Pengelolaan Kualitas Air
a. Pengisian air budidaya
Air media budidaya diambil dari air laut dengan menggunakan pompa. Kemudian air masuk dalam petakan tandon yang berukuran 0,7 ha. Petak tandon yang berjumlah satu petak digunakan untuk mengairi 3 unit yaitu unit B, unit C, dan unit D. Pada petak tandon diberikan sejenis ikan-ikanan seperti bandeng (Chanos chanos) dan tanpa ada perlakuan khusus. Pada awal pengisian air untuk budidaya dilakukan bersamaan dengan pemberantasan hama dan penyakit pada tahapan persiapan lahan. Pada saluran air dipasang saringan yang terbuat dari waring. Air dimasukkan ke dalam petakan dengan ketinggian air 120 - 150 cm dari dasar tambak. Selama pemeliharaan udang sampai DOC (Day of Culture) 30 hari, air tidak mengalami pergantian. Setelah umur 30 hari, penambahan air dilakukan seiring dengan kegiatan pembuangan lumpur dan kotoran melalui central drain dilakukan. Pengisian air akan dilakukan jika air berkurang setinggi 30 cm dari permukaan air normal. Sistem budidaya udang Vannamei yang digunakan adalah sistem pergantian air minimal (Less Water Exchange-LWE).
Mengenai pasok air media budidaya sesuai dengan pendapat DKP (2005), bahwa ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemasukan air laut ke tambak antara lain adalah :
1). Penggunaan saringan halus berlapis pada setiap pipa atau pintu pasok air untuk mencegah masuknya carier ke dalam petakan tandon.
2). Penggunaan petak tandon sebagai sumber pasokan air budidaya.
3). Air di petak tandon dapat didesinfeksi biofiltrasi.
Tidak dilakukan treatment pada tandon lebih disebabkan karena dimungkinkan perairan laut selatan belum mengalami pencemaran. Tandonisasi bertujuan untuk mengendapkan air laut dan menyalurkan air ke petakan tambak.
Air media budidaya diambil dari air laut dengan menggunakan pompa. Kemudian air masuk dalam petakan tandon yang berukuran 0,7 ha. Petak tandon yang berjumlah satu petak digunakan untuk mengairi 3 unit yaitu unit B, unit C, dan unit D. Pada petak tandon diberikan sejenis ikan-ikanan seperti bandeng (Chanos chanos) dan tanpa ada perlakuan khusus. Pada awal pengisian air untuk budidaya dilakukan bersamaan dengan pemberantasan hama dan penyakit pada tahapan persiapan lahan. Pada saluran air dipasang saringan yang terbuat dari waring. Air dimasukkan ke dalam petakan dengan ketinggian air 120 - 150 cm dari dasar tambak. Selama pemeliharaan udang sampai DOC (Day of Culture) 30 hari, air tidak mengalami pergantian. Setelah umur 30 hari, penambahan air dilakukan seiring dengan kegiatan pembuangan lumpur dan kotoran melalui central drain dilakukan. Pengisian air akan dilakukan jika air berkurang setinggi 30 cm dari permukaan air normal. Sistem budidaya udang Vannamei yang digunakan adalah sistem pergantian air minimal (Less Water Exchange-LWE).
Mengenai pasok air media budidaya sesuai dengan pendapat DKP (2005), bahwa ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemasukan air laut ke tambak antara lain adalah :
1). Penggunaan saringan halus berlapis pada setiap pipa atau pintu pasok air untuk mencegah masuknya carier ke dalam petakan tandon.
2). Penggunaan petak tandon sebagai sumber pasokan air budidaya.
3). Air di petak tandon dapat didesinfeksi biofiltrasi.
Tidak dilakukan treatment pada tandon lebih disebabkan karena dimungkinkan perairan laut selatan belum mengalami pencemaran. Tandonisasi bertujuan untuk mengendapkan air laut dan menyalurkan air ke petakan tambak.
Rabu, 04 April 2012
Budidaya Udang Vanamei | Penebaran Benur
a. Pemilihan benur
Benur yang digunakan adalah benur yang berasal dari hasil pemijahan kedua (F2) dari induk impor dan ukuran benur berkisar antara PL 9 - 14. Benur telah lulus dari tes uji PCR dengan hasil negatif dari WSSV, IHHNV, IMNV, dan TSV. Dengan tes uji PCR sudah dipastikan bahwa benur tersebut adalah benur yang berkualitas. Benur yang baik diketahui dengan cara pergerakan udang pada waskom dan shock salinity. Penilaian benur dengan pengamatan pergerakan udang dilakukan pada waskom. Pada waskom, air akan diputar sehingga membentuk arus. Benur yang baik yaitu benur yang melawan arus dan tidak menggerombol. Shock salinity dilakukan dengan cara pemindahan sampel benur pada air tawar selama 15 menit kemudian dikembalikan ke air laut. Benur dikatakan baik apabila benur pada shock salinity tidak ada benur yang mati. Pada kegiataan packing, juga dapat dilihat kualitas benur. Benur yang baik tidak akan menggerombol melainkan menyebar di seluruh kantong benur.
Packing benur menggunakan kantong plastik dan air yang bersuhu 23-240C dengan perbandingan air dan oksigen 1:2. Untuk menanggulangi stress selama perjalanan diberikan sejenis karbon ke dalam kantong benur. Setelah pemilihan benur, kemudian benur disampling dengan menghitung 2-4 kantong benur yang sudah dipacking. Hasil perhitungan tersebut akan diberikan kode, maka setiap kode akan mempunyai jumlah sendiri-sendiri sesuai dengan hitungan samplingnya. Kantong benur yang sudah dihitung dimasukan ke dalam kardus yang kemudian langsung ditata ke dalam kendaraan pengangkut benur. Sebuah kardus berisi 10 kantong benur. Setiap benur yang dikirim akan diberikan potongan 10 % dari jumlah benur tiap kode box untuk resiko dalam perjalanan. Adapun pengamatan kualitas benur melalui pergerakan benur dalam diwaskom dapat dilihat pada Gambar

Penebaran benur dilakukan sore hari dan malam hari. Hal tersebut dapat ditentukan dengan penjadwalan pengiriman benur. Benur yang dikirim disesuaikan dengan kualitas air tambak sehingga udang tidak terlalu strees dalam penebaran benur. Pada saat benur datang, maka akan dilakukan pengecekan dan perhitungan kembali pada kantong benur. Pengecekan dilakukan secara visual dengan mengamati kantong benur ada yang rusak atau bocor dan juga mengamati benur yang berada dalam kantong benur. Penghitungan benur kembali atau biasa disebut hitungan tambak dilakukan dengan mengambil secara acak 4 kantong dari tiap-tiap kode. Sedangkan untuk benur yang lainnya langsung dibongkar dari kardus yang kemudian kantong benur dimasukkan dalam petakan tambak untuk proses aklimatisasi. Kantong benur yang dimasukkan dalam petakan masih dalam keadaan tertutup. Hasil perhitungan dari tiap-tiap kantong kemudian dirata-rata dan kemudian dichek dengan jumlah hitungan hatchery yang sudah mengalami potongan dari perjalanan (hitungan netto). Hasil tersebut akan segera diberitahukan kepada pihak hatchery apabila ada kantong benur yang rusak atau bocor dan hitungan tambak berada dibawah hitungan netto hatchery. Pihak akan mengganti kantong benur yang bocor dan penambahan jumlah benur jika ada kesalahan dalam perhitungan hatchery. Hal tersebut dilakukan untuk melihat kualitas benur dan padat tebar yang berada dilapangan sehingga diharapkan tidak ada pihak yang dirugikan.
b. Aklimatisasi
Aklimatisasi dilakukan secara konvensional. Proses aklimatisasi ada 2 yaitu aklimatisasi suhu dan aklimatisasi salinitas. Benur yang dimasukkan dalam petakan tambak dibiarkan mengapung selama 30 menit untuk penyesuaian terhadap suhu. Kemudian kantong benur dibuka dan dimasukkan air tambak sedikit demi sedikit untuk penyesuaian salinitas. Pada waktu membuka kantong benur ada 3 orang yang masuk dalam petakan tambak. Apabila kantong benur sudah terbuka semua, maka benur dapat dilepaskan ke petakan tambak. Benur ditebar dengan kepadatan 110 – 160 ekor/m2. Padat tebar pada petakan tambak CV. Daun Prima unit D ada yang mencapai 160 ekor/m2. Hal ini disebabkan karena jumlah benur hitungan tambak lebih banyak daripada jumlah benur hitungan hatchery sehingga menjadikan penebaran yang tinggi.
Benur yang digunakan adalah benur yang berasal dari hasil pemijahan kedua (F2) dari induk impor dan ukuran benur berkisar antara PL 9 - 14. Benur telah lulus dari tes uji PCR dengan hasil negatif dari WSSV, IHHNV, IMNV, dan TSV. Dengan tes uji PCR sudah dipastikan bahwa benur tersebut adalah benur yang berkualitas. Benur yang baik diketahui dengan cara pergerakan udang pada waskom dan shock salinity. Penilaian benur dengan pengamatan pergerakan udang dilakukan pada waskom. Pada waskom, air akan diputar sehingga membentuk arus. Benur yang baik yaitu benur yang melawan arus dan tidak menggerombol. Shock salinity dilakukan dengan cara pemindahan sampel benur pada air tawar selama 15 menit kemudian dikembalikan ke air laut. Benur dikatakan baik apabila benur pada shock salinity tidak ada benur yang mati. Pada kegiataan packing, juga dapat dilihat kualitas benur. Benur yang baik tidak akan menggerombol melainkan menyebar di seluruh kantong benur.
Packing benur menggunakan kantong plastik dan air yang bersuhu 23-240C dengan perbandingan air dan oksigen 1:2. Untuk menanggulangi stress selama perjalanan diberikan sejenis karbon ke dalam kantong benur. Setelah pemilihan benur, kemudian benur disampling dengan menghitung 2-4 kantong benur yang sudah dipacking. Hasil perhitungan tersebut akan diberikan kode, maka setiap kode akan mempunyai jumlah sendiri-sendiri sesuai dengan hitungan samplingnya. Kantong benur yang sudah dihitung dimasukan ke dalam kardus yang kemudian langsung ditata ke dalam kendaraan pengangkut benur. Sebuah kardus berisi 10 kantong benur. Setiap benur yang dikirim akan diberikan potongan 10 % dari jumlah benur tiap kode box untuk resiko dalam perjalanan. Adapun pengamatan kualitas benur melalui pergerakan benur dalam diwaskom dapat dilihat pada Gambar
Gambar. Pengamatan Benur dalam Waskom
Penebaran benur dilakukan sore hari dan malam hari. Hal tersebut dapat ditentukan dengan penjadwalan pengiriman benur. Benur yang dikirim disesuaikan dengan kualitas air tambak sehingga udang tidak terlalu strees dalam penebaran benur. Pada saat benur datang, maka akan dilakukan pengecekan dan perhitungan kembali pada kantong benur. Pengecekan dilakukan secara visual dengan mengamati kantong benur ada yang rusak atau bocor dan juga mengamati benur yang berada dalam kantong benur. Penghitungan benur kembali atau biasa disebut hitungan tambak dilakukan dengan mengambil secara acak 4 kantong dari tiap-tiap kode. Sedangkan untuk benur yang lainnya langsung dibongkar dari kardus yang kemudian kantong benur dimasukkan dalam petakan tambak untuk proses aklimatisasi. Kantong benur yang dimasukkan dalam petakan masih dalam keadaan tertutup. Hasil perhitungan dari tiap-tiap kantong kemudian dirata-rata dan kemudian dichek dengan jumlah hitungan hatchery yang sudah mengalami potongan dari perjalanan (hitungan netto). Hasil tersebut akan segera diberitahukan kepada pihak hatchery apabila ada kantong benur yang rusak atau bocor dan hitungan tambak berada dibawah hitungan netto hatchery. Pihak akan mengganti kantong benur yang bocor dan penambahan jumlah benur jika ada kesalahan dalam perhitungan hatchery. Hal tersebut dilakukan untuk melihat kualitas benur dan padat tebar yang berada dilapangan sehingga diharapkan tidak ada pihak yang dirugikan.
b. Aklimatisasi
Aklimatisasi dilakukan secara konvensional. Proses aklimatisasi ada 2 yaitu aklimatisasi suhu dan aklimatisasi salinitas. Benur yang dimasukkan dalam petakan tambak dibiarkan mengapung selama 30 menit untuk penyesuaian terhadap suhu. Kemudian kantong benur dibuka dan dimasukkan air tambak sedikit demi sedikit untuk penyesuaian salinitas. Pada waktu membuka kantong benur ada 3 orang yang masuk dalam petakan tambak. Apabila kantong benur sudah terbuka semua, maka benur dapat dilepaskan ke petakan tambak. Benur ditebar dengan kepadatan 110 – 160 ekor/m2. Padat tebar pada petakan tambak CV. Daun Prima unit D ada yang mencapai 160 ekor/m2. Hal ini disebabkan karena jumlah benur hitungan tambak lebih banyak daripada jumlah benur hitungan hatchery sehingga menjadikan penebaran yang tinggi.
Selasa, 03 April 2012
Budidaya Udang Vanamei | Persiapan Budidaya Udang Vaname
1. Perbaikan Lahan
Kegiatan perbaikan lahan pada tambak meliputi perbaikan konstruksi dan peralatan tambak, pengeringan tambak, pengisian air, pemberantasan hama dan penyakit dan penumbuhan plankton.
a. Perbaikan konstruksi dan peralatan tambak
Selama kegiatan budidaya, kontruksi dan peralatan pasti mengalami perubahan-perubahan fisik. Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan konstruksi dan peralatan tambak sebelum kegiatan budidaya dimulai kembali. Konstruksi tambak yang rusak meliputi karpet yang berlubang dan karpet yang terbuka jahitanya. Untuk mengatasi karpet yang berlubang, karpet akan ditambal dan dijahit. Sedangkan yang terbuka jahitannya dilakukan penjahitan ulang. Alat yang digunakan dalam menjahit karpet adalah jarum bago dan benang nilon.
Perbaikan peralatan tambak yang rusak meliputi jembatan ancho yang rusak, ancho yang rusak, kincir, dan saluran pipa supercharge. Perbaikan peralatan dilakukan disesuaikan dengan seberapa besar kerusakannya, apabila sudah tidak dapat diperbaiki maka dilakukan pengadaan kembali peralatan tambak. Setelah perbaikan peralatan maka peralatan ditempatkan di dalam tambak dan siap untuk digunakan.
Perbaikan konstruksi dan peralatan tambak. Pada proses budidaya berlangsung, pasti terjadi kerusakan pada konstruksi dan peralatan tambak. Hal tersebut harus segera diatasi agar dapat mempelancar proses budidaya. Adapun salah satu kegiatan perbaikan peralatan tambak dapat dilihat pada Gambar

b. Pengeringan lahan
Pengeringan lahan dilakukan dengan membersihkan tambak dari trisipan (Faunus sp) dan pengangkatan pasir dan lumpur. Kegiatan pembersihan tambak dilakukan dengan cara menyemprotkan air ke dasar dan dinding petakan. Alat yang digunakan untuk pembersihan tambak adalah sabit, sapu lidi, selang spiral, ember dan tempat pembuangan untuk trisipan (Faunus sp). Proses pengeringan lahan berlangsung selama 3-4 hari.
c. Pengisian air
Pengisian air pada tahap persiapan awal dilakukan sebanyak 2 kali. Pada pengisian air pertama ditujukan untuk pencucian tambak. Pencucian tambak dilakukan dengan menggunakan 1 ppm kaporit [CaCl(C03)]. Ketinggian air waktu pencucian tambak adalah 0,3 m dari dasar tambak. Waktu pemberian kaporit adalah sore hari agar reaksi berjalan optimal. Pencucian tambak dilakukan sehari semalam, kemudian air dibuang. Kegiatan pencucian tambak yang menggunakan kaporit tidak sesuai dengan pendapat Yukasano (2001), yaitu pencucian tambak menggunakan Nuvan/Booster/Saprofon. Penggunaan kaporit dirasa sudah cukup dalam proses pencucian tambak.
Pengisian air yang kedua ditujukan untuk pemberantasan hama penyakit dan air digunakan untuk media budidaya. Ketinggian air untuk pengisian yang kedua adalah sekitar 1,2 m dari dasar tambak atau sesuai kemampuan daya tampung air petakan tambak tersebut.
d. Pemberantasan hama dan penyakit
Pemberantasan hama dan penyakit dilakukan setelah pencucian tambak. Pemberantasan hama dan penyakit dengan menggunakan bestacin sebanyak 10 liter/ha. Pemberian bestacin dilakukan pada sore hari. Aplikasi Bestacin dilakukan 10 hari sebelum penebaran benur. Hal ini bertujuan agar residu dari Bestacin bisa terurai. Setelah aplikasi Bestacin, kincir dihidupkan selama 3 jam. Pemberantasan hama dan penyakit dilakukan selama 1 minggu dengan membiarkan air tambak. Setelah itu, air tambak ini akan dijadikan air media untuk pembesaran udang.
Penggunaan bestacin dalam tahap pemberantasan hama dapat juga digunakan saponin dan kaporit dalam tahap pemberantasan hama dan penyakit. Bestasin merupakan sejenis insektisida aktif yang dapat membunuh jenis ikan-ikanan, kepiting dan udang-udangan. Aplikasi Bestasin yang dilakukan 10 hari sebelum penebaran benur bertujuan agar residu dari bestacin bisa teruai.
e. Penumbuhan plankton
Penumbuhan plankton pada persiapan lahan dilakukan dengan cara fermentasi dan aplikasi probiotik. Penumbuhan plankton dilakukan setelah air budidaya dimasukan. Fermentasi yang dibuat dengan campuran 20 liter molase dengan 2 kg pakan udang bentuk serbuk. Penebaran hasil fermentasi dilakukan dengan aplikasi probiotik. Dosis aplikasi probiotik adalah 40 liter per 2 hari. Penebaran fermentasi dan probiotik dilakukan pada pagi hari. Pemberian fermentasi dan probiotik dilakukan 3 hari sebelum penebaran benur. Selama 3 hari kincir dinyalakan 2 buah untuk membantu pengadukan.
Penumbuhan plankton dengan menggunakan fermentasi. Hal ini diharapkan fermentasi dapat langsung diuraikan oleh probiotik sehingga menghasilkan unsur hara yang diperlukan untuk tumbuhnya plankton. Tetapi dapat juga penumbuhan plankton menggunakan pupuk buatan. Penggunaan pupuk buatan dalam tahap pemupukan ditakutkan yang tumbuh adalah lumut sutra (Enteromorpha sp). Lumut sutra (Enteromorpha sp) dapat menjerat benur udang yang mencari makan, sehingga akan mengakibatkan kematian udang
Kegiatan perbaikan lahan pada tambak meliputi perbaikan konstruksi dan peralatan tambak, pengeringan tambak, pengisian air, pemberantasan hama dan penyakit dan penumbuhan plankton.
a. Perbaikan konstruksi dan peralatan tambak
Selama kegiatan budidaya, kontruksi dan peralatan pasti mengalami perubahan-perubahan fisik. Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan konstruksi dan peralatan tambak sebelum kegiatan budidaya dimulai kembali. Konstruksi tambak yang rusak meliputi karpet yang berlubang dan karpet yang terbuka jahitanya. Untuk mengatasi karpet yang berlubang, karpet akan ditambal dan dijahit. Sedangkan yang terbuka jahitannya dilakukan penjahitan ulang. Alat yang digunakan dalam menjahit karpet adalah jarum bago dan benang nilon.
Perbaikan peralatan tambak yang rusak meliputi jembatan ancho yang rusak, ancho yang rusak, kincir, dan saluran pipa supercharge. Perbaikan peralatan dilakukan disesuaikan dengan seberapa besar kerusakannya, apabila sudah tidak dapat diperbaiki maka dilakukan pengadaan kembali peralatan tambak. Setelah perbaikan peralatan maka peralatan ditempatkan di dalam tambak dan siap untuk digunakan.
Perbaikan konstruksi dan peralatan tambak. Pada proses budidaya berlangsung, pasti terjadi kerusakan pada konstruksi dan peralatan tambak. Hal tersebut harus segera diatasi agar dapat mempelancar proses budidaya. Adapun salah satu kegiatan perbaikan peralatan tambak dapat dilihat pada Gambar

b. Pengeringan lahan
Pengeringan lahan dilakukan dengan membersihkan tambak dari trisipan (Faunus sp) dan pengangkatan pasir dan lumpur. Kegiatan pembersihan tambak dilakukan dengan cara menyemprotkan air ke dasar dan dinding petakan. Alat yang digunakan untuk pembersihan tambak adalah sabit, sapu lidi, selang spiral, ember dan tempat pembuangan untuk trisipan (Faunus sp). Proses pengeringan lahan berlangsung selama 3-4 hari.
c. Pengisian air
Pengisian air pada tahap persiapan awal dilakukan sebanyak 2 kali. Pada pengisian air pertama ditujukan untuk pencucian tambak. Pencucian tambak dilakukan dengan menggunakan 1 ppm kaporit [CaCl(C03)]. Ketinggian air waktu pencucian tambak adalah 0,3 m dari dasar tambak. Waktu pemberian kaporit adalah sore hari agar reaksi berjalan optimal. Pencucian tambak dilakukan sehari semalam, kemudian air dibuang. Kegiatan pencucian tambak yang menggunakan kaporit tidak sesuai dengan pendapat Yukasano (2001), yaitu pencucian tambak menggunakan Nuvan/Booster/Saprofon. Penggunaan kaporit dirasa sudah cukup dalam proses pencucian tambak.
Pengisian air yang kedua ditujukan untuk pemberantasan hama penyakit dan air digunakan untuk media budidaya. Ketinggian air untuk pengisian yang kedua adalah sekitar 1,2 m dari dasar tambak atau sesuai kemampuan daya tampung air petakan tambak tersebut.
d. Pemberantasan hama dan penyakit
Pemberantasan hama dan penyakit dilakukan setelah pencucian tambak. Pemberantasan hama dan penyakit dengan menggunakan bestacin sebanyak 10 liter/ha. Pemberian bestacin dilakukan pada sore hari. Aplikasi Bestacin dilakukan 10 hari sebelum penebaran benur. Hal ini bertujuan agar residu dari Bestacin bisa terurai. Setelah aplikasi Bestacin, kincir dihidupkan selama 3 jam. Pemberantasan hama dan penyakit dilakukan selama 1 minggu dengan membiarkan air tambak. Setelah itu, air tambak ini akan dijadikan air media untuk pembesaran udang.
Penggunaan bestacin dalam tahap pemberantasan hama dapat juga digunakan saponin dan kaporit dalam tahap pemberantasan hama dan penyakit. Bestasin merupakan sejenis insektisida aktif yang dapat membunuh jenis ikan-ikanan, kepiting dan udang-udangan. Aplikasi Bestasin yang dilakukan 10 hari sebelum penebaran benur bertujuan agar residu dari bestacin bisa teruai.
e. Penumbuhan plankton
Penumbuhan plankton pada persiapan lahan dilakukan dengan cara fermentasi dan aplikasi probiotik. Penumbuhan plankton dilakukan setelah air budidaya dimasukan. Fermentasi yang dibuat dengan campuran 20 liter molase dengan 2 kg pakan udang bentuk serbuk. Penebaran hasil fermentasi dilakukan dengan aplikasi probiotik. Dosis aplikasi probiotik adalah 40 liter per 2 hari. Penebaran fermentasi dan probiotik dilakukan pada pagi hari. Pemberian fermentasi dan probiotik dilakukan 3 hari sebelum penebaran benur. Selama 3 hari kincir dinyalakan 2 buah untuk membantu pengadukan.
Penumbuhan plankton dengan menggunakan fermentasi. Hal ini diharapkan fermentasi dapat langsung diuraikan oleh probiotik sehingga menghasilkan unsur hara yang diperlukan untuk tumbuhnya plankton. Tetapi dapat juga penumbuhan plankton menggunakan pupuk buatan. Penggunaan pupuk buatan dalam tahap pemupukan ditakutkan yang tumbuh adalah lumut sutra (Enteromorpha sp). Lumut sutra (Enteromorpha sp) dapat menjerat benur udang yang mencari makan, sehingga akan mengakibatkan kematian udang
Langganan:
Postingan (Atom)