Tampilkan postingan dengan label durian. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label durian. Tampilkan semua postingan

Senin, 26 Maret 2012

Budidaya Durian | Analisa Ekonomi | Standart Produksi | bagian 5


Jual Durian


10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN

10.1.Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis usaha tani tanaman durian seluas 1 ha pada tahun 1998.
1) Biaya produksi
1. Tanah 1 ha @ m2 x Rp. 15.000,- Rp. 15.000.000,-
2. Bibit :150 pohon @ Rp. 50.000,- Rp. 7.500.000,-
3. Pupuk
- Pupuk kandang: 9500 kg @ Rp. 60,- Rp. 570.000,-
- UREA: 1400 kg @ Rp. 1.600,- Rp. 2.240.000,-
- TSP: 1400 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 2.100.000,-
- KCl: 1400 kg @ Rp. 1.600,- Rp. 2.240.000,-
- NPK: 1400 kg @ Rp. 2.800,- Rp. 3.920.000,-
- Hormon/mineral: 70 liter @ Rp. 3.500,- Rp. 245.000,-
4. Obat dan pestisida
- Insektisida: 150 liter @ Rp. 5.000,- Rp. 750.000,-
- Fungisida: 150 liter @ Rp. 5.000,- Rp. 750.000,-
5. Alat dan bangunan
- Bangunan dan sumur Rp. 2.500.000,-
- Alat semprot: 2 unit @ Rp. 75.000,- Rp. 150.000,-
- Cangkul: 2 buah @ Rp. 5.000,- Rp. 10.000,-
- Sabit: 2 buah @ Rp. 3.500,- Rp. 7.000,-
- Garpu: 2 buah @ Rp. 3.000,- Rp. 6.000,-
- Golok: 2 buah @ Rp. 7.500,- Rp. 15.000,-
- Gunting pangkas: 3 buah @ Rp. 5.000,- Rp. 15.000,-
- Gergaji pangkas: 2 buah @ Rp. 6.000,- Rp. 12.000,-
- Ember: 5 buah @ Rp. 3.000,- Rp. 15.000,-
6. Tenaga kerja tetap
- Upah 5 bok 12 x 2 orang x Rp. 30.000,- Rp. 3.600.000,-
- Pakaian 5 x Rp. 45.000,- Rp. 225.000,-
- THR 5 x Rp. 25.000,- Rp. 125.000,-
7. Tenaga kerja lepas
- Membuat lubang tanam 15 OH @ Rp. 3.000,- Rp. 45.000,-
- Memupuk dan menanam 25 OH @ Rp. 3.000,- Rp. 75.000,-
Jumlah biaya produksi Rp. 42.115.000,-
2) Pendapatan
1. Tahun ke-5 produk ke 1
= 25/100 x 150 x 30 x Rp. 30.000= Rp. 33.750.000,-
= Rp. 33.750.000 – Rp. 42.115.000 - Rp. 8.365.000,-
2. Tahun ke-6 produk ke 2
=25/100 x 150 x 60 x Rp. 30.000= Rp. 67.500.000,-
= Rp. 67.500.000 – (Rp.8.365.000 + Rp. 16.765.000) Rp. 42.370.000
3. Pada tahun ke-7 keuntungan sudah dapat menutupi investasi yang dikeluarkan
3) Investasi rata-rata/pohon: Rp. 175.096,66

10.2.Gambaran Peluang Agribisnis
Peluang bisnis durian sangat bagus. Untuk pasar luar negeri pada tahun 1983-1987
dikirim ke negara Taiwan, Singapura, Malaysia dan Hongkong. Dan pada tahun 1989
permintaan meningkat ke negara Prancis, Belanda, Brunei, australia, Saudi Arabia
dan Jepang. Bahkan pada tahun 1999 di Jepang harga durian dapat mencapai
10.000 yen (Rp 700.000,-).
Peluang pasar di Indonesia juga sangat bagus, harga durian berkualitas dapat
mencapai Rp 30.000,-/kg. Sedangkan untuk buah durian dipasaran dan kualitasnya
biasa-bisa saja mencapai Rp. 15.000,-/buah.
Selama ini perdagangan durian lebih dikuasai oleh negara Thailand, hal ini
disebabkan oleh mutu buah yang bagus. Padahal Indonesia dapat melakukan hal
yang sama apabila mutu ditingkatkan. Bahkan Indonesia memiliki varietas yang
beragam dan berbuah sepanjang tahun. Dengan penanganan yang profesional dan
dibantu oleh kemudahan-kemudahan dari pemerintah durian Indonesia mampu
menguasai pasar dunia.

11. STANDAR PRODUKSI

11.1.Ruang Lingkup
Standar produksi ini meliputi: klasifikasi dan syarat mutu, cara pengambilan contoh,
cara uji, pengemasan dan syarat penandaan.

11.2.Diskripsi
Standar mutu buah durian di Indonesia tercantum dalam Standar Nasional Indonesia
SNI 01-4482-1998.

11.3.Klasifikasi dan Standar Mutu
Buah durian diklasifikasikan dalam 3 jenis mutu, yaitu Mutu I, Mutu II dan Mutu III.
a) Kerusakan: mutu I=tidak ada (bebas penyakit dan serangga); mutu II=tidak ada
(bebas penyakit dan serangga); mutu III=tidak ada (bebas penyakit dan
serangga).
b) Cacat: mutu I=tidak ada; mutu II=ada; mutu III=ada.
c) Rasa dan aroma: mutu I=baik sesuai kultivar; mutu II=baik sesuai kultivar; mutu
III=baik sesuai kultivar.
d) Kekerasan daging: mutu I=keras/sedang; mutu II=keras/sedang; mutu
III=keras/sedang.
e) Kesegaran buah: mutu I=segar; mutu II=segar; mutu III=segar.
f) Warna daging buah: mutu I=sesuai kultivar/kuning; mutu II=sesuai kultivar/kuning;
mutu III=sesuai kultivar/kuning.
g) Kesegaman Kultivar: mutu I=seragam; mutu II=seragam; mutu III=seragam.
h) Perbandingan berat dengan biji: mutu I >2; mutu II >1; mutu III=boleh < 1.
Pengujian buah durian dilakukan berdasarkan pengamatan dari bentuk fisik dan
visualisasi dari standar mutu yang ada.

11.4.Pengambilan Contoh
Satu partai/lot buah durian segar yang terdiri maksimum 1.000 kemasan atau 1000
buah, contoh diambil secara acak dari jumlah kemasan atau jumlah buah dengan
ketentuan sebagai berikut:
1) Jumlah buah/jumlah kemasan dalam partai/lot: 1–5, pengambilan contoh semua.
2) Jumlah buah/jumlah kemasan dalam partai/lot: 6–100, pengambilan contoh
minimum 5.
3) Jumlah buah/jumlah kemasan dalam partai/lot: 101–300, pengambilan contoh
minimum 7.
4) Jumlah buah/jumlah kemasan dalam partai/lot: 301–500, pengambilan contoh
minimum 9.
5) Jumlah buah/jumlah kemasan dalam partai/lot: 501-1001, pengambilan contoh
minimum 10.
Dari setiap kemasan yang dipilih secara acak diambil sekurang-kurangnya tiga buah
kemudian dicampur. Untuk kemasan dengan isi kurang dari tiga buah diambil satu
buah.
Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat, yaitu orang yang telah dilatih
terlebih dahulu dan diberi wewenang untuk melakukan hal tersebut.

11.5.Pengemasan
Buah durian seyogyanya dikemas sesuai dengan pasar yang dituju. Untuk Pasar
Eropa, Ameriak dan Kanada, disukai buah durian yang beratnya 2,5-3,5 kg/buah dan
dikemas dengan kotak karton berkapasitas 10-12 kg. Untuk pasaran Hongkong
dipilih buah durian yang beratnya 2-4 kg/buah dan dikemas dalam keranjang bambu
berkapasitas 35-50 kg. Sedangkan untuk Malaysia dan Singapura atau pasar lokal
dikehendaki buah durian dengan berat 2,0-5,0 kg/buah yang dikemas dalam
keranjang bambu atau peti kayu, atau tanpa kemasan langsung ditumpuk ai atas bak
truk.
Label atau gantungan yang menyertai setiap kemasan harus mudah dilihat dan berisi
informasi :
a) Dihasilkan di Indonesia.
b) Nama perusahaan/eksportir.
c) Nama kultivar durian.
d) Kelas mutu.
e) Jumlah buah dalam kemasan.
f) Berat kotor.
g) Berat bersih.
h) Identitas pembeli di tempat tujuan.
i) Tanggal panen.
j) Tanggal buah itu enak dimakan.
k) Tanggal buah itu tidak enak lagi dimakan.
l) Petunjuk cara penanganan (suhu, kelembaban) yang dianjurkan.




12. DAFTAR PUSTAKA
1) AAK. Bertanam Pohon Buah-buahan II. Kanisius : Yogyakarta, 1997.
2) AAK. Budi daya Durian. Kanisius : Yogyakarta, 1997.
3) Rambe, Sri Suryani Maphilindowati. “ Pasca Panen Buah Durian “. Trubus, 1988
4) Redaksi Trubus. Berkebun Durian Ala Petani Thailand. Jakarta : Penebar
Swadaya, 1998.
5) _____________ Mengebunkan Durian Unggul. Jakarta : Penebar Swadaya, 1997
Jakarta, Februari 2000
Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS
Editor : Kemal Prihatman


T A M A T

Budidaya Durian | Panen dan Pasca Panen Durian | bagian 4

Panen Durian / Belah Durian

8.1. Ciri dan Umur Panen

Pada umur sekitar 8 tahun, tanaman durian sudah mulai berbunga. Musim berbunga
jatuh pada waktu kemarau, yakni bulan Juni-September sehingga bulan Oktober-
Februari buah sudah dewasa dan siap dipetik. Panen durian diusahakan sebelum
musim hujan tiba karena air hujan dapat merusak kualitas buah.
Warna durian yang hampir masak agak berbeda-beda tergantung pada kultivarnya.
Buah yang sudah masak umumnya ditandai dengan bau harum yang menyengat.
Pada durian yang sudah masak bila diketuk duri atau buahnya akan terdengar
dentang udara antara isi dan kulitnya.

8.2. Cara Panen

Buah durian yang sudah matang akan jatuh sendiri. Untuk menjaga agar buah tidak
langsung jatuh, kira-kira sebulan sebelum matang buah dapat diikat dengan tali
plastik. Tujuan pengikatan tersebut agar tangkai buah yang terlepas dari batang atau
ranting pohon tetap menggantung pada tali sehingga buah durian tersebut dapat
diambil dalam keadaan utuh.
Buah durian dari pohon rendah dapat dipetik dengan menggunakan pisau tajam.
Tangkai buah dipotong mulai dari bagian paling atas, } 1,5 cm dari dahan.
Pemotongan sebaiknya dilakukan dengan hati-hati karena di tempat ini terdapat
bahan tunas yang akan berbunga pada musim berikutnya.
Buah durian yang terletak pada bagian pohon yang tinggi sebaiknya dipetik dengan
menggunakan alat bantu yang sesuai agar tidak jatuh ke tanah. Durian yang jatuh ke
tanah biasanya retak, daging buahnya menjadi asam/pahit karena terjadi fermentasi
pembentukan alkohol dan asam.

8.3. Prakiraan Produksi

Jumlah durian yang dapat dipanen dalam satu pohon adalah 60-70 butir perpohon
pertahun dengan bobot rata-rata 2,7 kg. Apabila diinginkan jumlah buah yang lebih
banyak lagi maka bobot buah akan turun.

9. PASCAPANEN

9.1. Pengumpulan
Di tempat pengumpulan setiap tangkai durian diberi label khusus atau dicat dengan
warna tertentu untuk menunjukkan kebun asal durian. Bila kualitasnya kurang baik
dapat diperbaiki pada tahun berikutnya.

9.2. Penyortiran dan Penggolongan
Hasil panen dikumpulkan, diseleksi dan dipilah-pilah berdasarkan ukuran. Seleksi
perlu dilakukan agar tidak ada buah cacat yang ikut terkirim, terutama bila buah ini
akan dijual atau diekspor.

9.3. Penyimpanan
Durian yang sudah terpilih dicuci dan disemprot dengan air agar kotoran yang
menempel pada kulitnya menjadi bersih. Selanjutnya buah dicelupkan ke dalam air
yang telah diberi fungisida Aliette 800 WP yang berbahan aktif Aluminium tris
(Oethy/phosphonate) 22 cc/liter. Tujuan pencelupan ini adalah untuk menghindari
serangan busuk buah yang disebabkan oleh jamur Phytophtora sp selama
pemeraman dan transportasi. Lalu buah dikeringanginkan. Durian beserta petinya
dimasukkan ke dalam gudang yang cukup mendatangkan penerangan.

9.4. Pengemasan dan Pengangkutan
Buah durian yang akan diekspor diberi perlakuan: setelah buah kering, buah
dibungkus kantong plastik dan diikat dengan tali rafia Setiap kantung plastik berisi
satu butir buah durian. Buah yang sudah dibungkus kantung plastik dibungkus lagi
dengan kantung kertas semen. Setelah itu, dimasukkan ke dalam kotak karton
setebal 3 mm. Setiap ungkus berisi 5-6 butir durian sehingga setiap kotak karton
berisi 10-15 kg durian. Kotak ini dilekat dengan lakban (perekat plastik) tebal yang
tidak mudah robek jika terkena gesekan.
Teknologi pengemasan ini memperhatikan adanya lubang udara agar ada sirkulasi
udara, tetapi juga ada lapisan plastik luar untuk menahan keluarnya bau, sehingga
tidak ada kontak antar udara di dalam kotak pengepakan dengan udara luar maka
jika di dalam ada durian yang matang baunya tidak tercium menyengat sampai
keluar.

9.5. Penanganan Lain
Bila ingin menghasilkan durian beku untuk dipasarkan ke tempat yang jauh, maka
dapat dilakukan cara pengepakan fakum udara, cara ini banyak dipakai oleh petani
Thailand. Setelah dikupas kulitnya, durian dimasukkan ke dalam alat fakum udara
selama 35-40 menit dengan suhu 40oC di bawah nol. Setelah itu, buah durian
dimasukkan ke dalam plastik berukuran 300 gram dan diletakkan dalam kamar
pendingin dengan suhu 18 derajat C di bawah nol.


Bersambung ke bagian 5

Budidaya Durian | Hama dan Penyakit Durian | bagian 3

Sambungan dari bagian 2

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Hama

1) Penggerek buah (Jawa : Gala-gala) / Ulat Durian
Ciri: telur diletakkan pada kulit buah dan dilindungi oleh jaring-jaring mirip rumah
laba-laba. Larva yang telah menetas dari telur langsung menggerek dan
melubangi dinding-dinding buah hingga masuk ke dalam. Larva tersebut tinggal di
dalam buah sampai menjadi dewasa. Buah yang diserang kadang-kadang jatuh
sebelum tua. Penyebaran: serangga penggerek buah menyebar dengan cara
Ulat Durian
terbang dari pohon durian yang satu ke pohon lainnya. Serangga penggerek buah
ini bertelur pada buah durian yang dihinggapinya. Kegiatan bertelur ini dilakukan
secara periodik setiap menjelang musim kemarau. Pengendalian: dilakukan
dengan insektisida, seperti Basudin, Sumithion 50 AC, Thiodan 35 EC, dengan
dosis 2-3 cc/liter air.

2) Lebah mini
Ciri: hama ini berukuran kecil, tubuhnya berwarna coklat kehitaman dan sayapnya
bergaris putih lebar. Setelah lebah menjadi merah violet, ukuran panjangnya
menjadi 3,5 cm. Pada fase ulat (larva), hama ini menyerang daun-daun durian
muda. Selama hama tersebut mengalami masa istirahat (bentuk kepompong),
mereka akan menempel erat pada kulit buah. Setelah menjadi lebah serangga ini
mencari makan dengan cara menggerek ranting-ranting muda dan memakan
daun-daun muda. Pengendalian: menggunakan parvasida, seperti Hostathion 40
EC (Triazofos 420 gram/liter), dan insektisida, seperti Supracide 40 EC dosis 420
gram/liter dan Temik 106 (Aldikarl 10%).

3) Ulat penggerek bunga (Prays citry)
Ulat ini menyerang tanaman yang baru berbunga, terutama bagian kuncup bunga
dan calon buah. Ciri: ulat ini warna tubuhnya hijau dan kepalanya merah coklat,
setelah menjadi kupu-kupu berwarna merah sawo agak kecoklatan, abu-abu dan
bertubuh langsing. Gejala: kuncup bunga yang terserang akan rusak dan putiknya
banyak yang berguguran. Demikian pula, benang sari dan tajuk bunganya pun
rusak semua, sedangkan kuncup dan putik patah karena luka digerek ulat.
Penularan ke tanaman lain dilakukan oleh kupu-kupu dari hama tersebut.
Pengendalian: dengan menyemprotkan obat-obatan seperti Supracide 40 EC,
nuvacrom SWC, Perfekthion 400 EC (Eimetoat 400 gram/liter).

4) Kutu loncat durian
Ciri: serangga berwarna kecoklatan dan tubuhnya diselimuti benang-benang lilin
putih hasil sekresi tubuhnya; bentuk tubuh, sayap dan tungkainya mirip dengan
kutu loncat yang menyerang tanaman lamtoro. Gejala: kutu loncat bergerombol
menyerang pucuk daun yang masih muda dengan cara menghisap cairan pada
tulang-tulang daun sehingga daun-daun akan kerdil dan pertumbuhannya
terhambat; setelah menghisap cairan, kutu ini mengeluarkan cairan getah bening
yang pekat rasanya manis dan merata ke seluruh permukaan daun sehingga
mengundang semut-semut bergerombol. Pengendalian: daun dan ranting-ranting
yang terserang dipangkas untuk dimusnahkan. Pengendalian secara kimia dapat
dilakukan dengan menyemprotkan insektisida Supracide 40 EC dosis 100-150
gram/5 liter air.

7.2. Penyakit

1) Phytopthora parasitica dan Pythium complectens
Penyebab: Pythium complectens, yang menyerang bagian tanaman seperti daun,
akar dan percabangan. Penularan dan penyebab: penyakit ini menular dengan
cepat ke pohon lain yang berdekatan. Penularan terjadi bila ada akar yang terluka.
Penularan terjadi bersama-sama dengan larutnya tanah atau bahan organik yang
terangkut air. Gejala: daun durian yang terserang menguning dan gugur mulai dari
daun yang tua, cabang pohon kelihatan sakit dan ujung-ujungnya mati, diikuti
dengan berkembangnya tunas-tunas dari cabang di bawahnya. Kulit di atas
permukaan tanah menjadi coklat dan membusuk. Pembusukan pada akar hanya
terbatas pada akar-akar sebelah bawah, tetapi dapat meluas dari ujung akar
lateral sampai ke akar tunggang. Jika dilihat dari luar akar yang sakit tampak
normal, tetapi jaringan kulitnya menjadi colat tua dan jaringan pembuluh menjadi
merah jambu. Pengendalian: (1) upayakan drainase yang baik agar tanah tidak
terlalu basah dan air tidak mengalir ke permukaan tanah pada waktu hujan; (2)
pohon yang sakit dibongkar sampai ke akarnya dan dibakar; (3) pilih bibit durian
kerikil untuk batang bawah karena jenis ini lebioh tahan terhadap serangan jamur
sehingga dapat terhindar dari serangan penyakit busuk.

2) Kanker bercak
Penyebab: Pythium palvimora, terutama menyerang bagian kulit batang dan kayu.
Penyebaran oleh spora sembara bersamaan dengan butir-butir tanah atau bahan
organik yang tersangkut air. Penyebaran penyakit ini dipacu oleh curah hujan
yang tinggi dalam cuaca kering. Jamur dapat tumbuh dengan baik pada suhu
antara 12-35 derajat C. Gejala: kulit batang durian yang terserang mengeluarkan
blendok (gum) yang gelap; jaringan kulit berubah menjadi merah kelam, coklat tua
atau hitam; bagian yang sakit dapat meluas ke dalam sampai ke kayu; daun-daun
rontok dan ranting-ranting muda dari ujung mulai mati. Pengendalian: (1)
perbaikan drainase agar air hujan tidak mengalir dipermukaan tanah dan untuk
batang yang sakit; (5) dilakukan dengan cara memotong kulit yang sakit sampai
ke kayunya yang sehat dan potongan tanaman yang sakit harus dibakar,
sedangkan bagian yang terluka diolesi fungisida, misalnya difolatan 4 F 3%.

3) Jamur upas
Gejala: pada cabang-cabang dan kulit kayu terdapat benang-benang jamur
mengkilat seperti sarang laba-laba pada cabang-cabang. Jamur berkembang
menjadi kerak berwarna merah jambu dan masuk ke dalam kulit dan kayu
sehingga menyebabkan matinya cabang. Pengendalian: (1) serangan jamur yang
masih pada tingkat sarang laba-laba dapat dikendalikan dengan cara melumasi
cabang yang terserang degan fungisida, misalnya calizin RM; (2) jika jamur sudah
membentuk kerak merah jambu, sebaiknya dilakukan pemotongan cabang kirakira
lebih 30 cm ke bawah bagian yang berjamur; (3) dengan menyemprotkan
Antrocol 70 WP (propineb 70,5%), dosis 100-200 gram/liter air atau 1-1,5 kg/ha