Senin, 02 Maret 2009

budidaya gurame di kolam terpal

Menurut Wagiran, budidaya gurame di kolam terpal tidak memerlukan perlakuan yang jelimet (rumit). "Kuncinya hanya sifon (siftpond : menyedot kotoran dasar kolam ke luar) sebulan sekali. Selain itu cuma memberi pakan sambil mengontrol," tegasnya membuka kartu. Sifon mudah dilakukan karena kebanyakan kolam terpal berada di atas tanah, seperti bak-bak air.


Cara menyifon pun sangat mudah.


Selang air diameter 1/2 inci disiapkan, salah satu ujungnya diletakkan di tempat yang lebih rendah daripada dasar kolam (kalau memungkinkan pada saluran air) dan Ujung yang lain dicelupkan ke kolam. Kemudian ujung yang di luar kolam kemudian disedot hingga air kolam mengalir.




Setelah air mengalir, ujung selang yang di dalam kolam ditenggelamkan hingga ke dasar. Sambil ujung selang digeser/digerak-gerakkan sehingga endapan kolam tersedot keluar bersama air dasar kolam. Hal itu terus dilakukan di seluruh bagian kolam, hingga air yang keluar tidak mengandung endapan lagi.


Kalau sudah lihai, pada kolam dengan kedalaman air 90 cm, Setelah sifon air hanya berkurang 20 - 30 cm saja. Setelah itu, air kolam ditambah dengan air baru. Untuk mencegah masuknya penyakit Baru

air baru itu, kolam ditaburi garam 100 gram/ml.
Menurut Wagiran, cara ini menghilangkan kotoran dan amonia dasar kolam yang bisa mengganggu kehidupan gurame. "Selain itu, kotoran juga sarang bakteri pengganggu," tandasnya. Sehingga, meskipun gurame sudah besar, sifon harus tetap dilakukan. "Kalau kolam tanah, kotoran dan amonia relatif bisa dinetralisasi secara alami oleh tanah dan mikroorganisme didalamnya. Itu yang tidak mungkin terjadi di kolam terpal papar mantan penghuni panti rehabilitasi narkoba ini.

Menurut pengalamannya, terlambat sifon 10 hari saja, gurame sudah Wenger (lemas). Seorang temannya pernah nekat tidak menyifon kolam karena gurame akan dipanen 20 hari dari jadwal sifon. "Dua minggu kemudian tiba-tiba gurame lemas dan akhirnya tengah malam mengambang. Padahal tidak ada tanda-tanda sakit," kisahnya. Akhirnya ia terpaksa memanen gurame satu pick up tengah malam. "Dijual sebisanya, yang penting dapat menekan kerugian," kata Wagiran.


Keunggulan Kolam Terpal

Menurut Wagiran, ada beberapa keuntungan aplikasi kolam terpal pada budidaya gurame. Pertama, kolam mudah dibersihkan dan dikeringkan sehingga mata rantai penyakit bisa diputus. Kedua, panen gurame lebih mudah karena petakannya tidak luas. Ketiga, gurame tidak berbau lumpur karena kolam bebas kotoran. "Bakal (pedagang) ikan lebih suka gurarne eks terpal ini, karena disukai konsumen," tegasnya.

Untuk pembesaran, kolam terpal ukuran 4 x 8 M2 dengan kedalaman 90 cm biasa diisi 350 ekor benih size 4 ek/ kg. "Kepadatannya 10 ek/m2, lebih tinggi dari kolam tanah yang rata-rata 6 ekor /m2," sebutnya. Kepadatan kolam terpal lebih tinggi karena selalu disifon sehingga kadar amonia kolam rendah, dan terjadi sirkulasi air meski hanya sebulan sekali seusai sifon. Gurame pun menyebar baik di atas maupun di dasar kolam. Sedangkan di kolam tanah, gurame terkonsentrasi di permukaan karena di dasar kolam kadar amonia nya tinggi.


Agar Panen Cepat
Dengan kolam terpal, pembesaran pun bisa lebih cepat, dalam waktu 5 bulan gurame sudah bisa dipanen dengan ukuran 6 - 7 ons/ekor. "Sekarang bisa panen lebih cepat lagi, karena perubahan tren pasar. Konsumen sekarang lebih suka size 5 ons/ekor," ungkapnya. Walapun demikian Wagiran mengakui saat kemarau waktu panen bisa mundur sebulan akibat cuaca dingin di malam hari namun siang harinya panas. "Saat itu ±6% energi habis dipakai untuk bertahan dari fluktuasi suhu itu," ungkapnya. Menurutnya masa pemeliharaan semua jenis ikan bertambah lama saat kemarau.

Bahkan lele yang saat penghujan 60 hari panen, saat kemarau bisa molor 20 hari.
Kondisi ini bisa ditekan dengan cara meningkatkan meningkatkan kadar protein pakan. Ummnya protein pakan gurami hanya 27%, maka saat kemarau mesti membeli yang kadarnya 30%.

Hasilnya, panen hanya mundur 15 - 20 hari dengan FCR-nya maksiraal 1,4.
Jika kadar proteinnya ditingkatkan lagi, justru akan menimbulkan masalah, gurame ogah. Seleranya baru pulih Setelah beberapa hari hanya diberi daun-daunan. Selain itu, jika dipaksakan maka sisik akan lepas karena perkembangan daging yang tidak imbang dengan pertumbuhan sisik. "Setelah itu timbal koreng," kata Wagiran. Kalau di musim hujan, gurame diberi pakan berprotein 33% pun tidak timbal masalah.

Gurame memang tergolong, cengeng dengan fluktuasi suhu dan pH. Untuk menyiasatinya, Wagiran menggunakan probiotik dan molases setidaknya seminggu sekali. Probiotik dan molases diencerkan, kemudian disemprotkan ke pakan sebelum diberikan kepada gurame. Dengan cara ini ketahanan tubuhnya bisa meningkat. "Molases itu mengandung mineral yang tinggi, baik untuk merangsang imunitas. Jadi bukan hanya energinya yang bagus bagi ikan,"tegasnya.


Kolam Perlu sekam
Problem utama musim kemarau adalah fluktuasi suhu yang menyolok antara Siang-malam. Untuk mengatasinya Wagiran menaburi dasar kolam dengan
sekam setebal 10 cm di atas tanah sebelum terpal digelar. Setelah terpal digelar, bagian sisi (antara dinding dan terpal) juga diberi sekam. Menurutnya, cara ini efektif untuk stabilisasi suhu kolam. Saat musim kemarau, sekam dituangi air sehingga terjadi proses pembusukan. Proses ini menghasilkan panas, yang mampu menahan dinginnya malam "bedhidhing".

Untuk membuat kolam terpal ukuran 4 x 8 x 1 m3, diperlukan terpal ukuran 6 x 10 m2. "Itu yang ada di toko. Kalau saya bisa pesan ukuran berapapun karena punya kenalan pabrik terpal," tutur Wagiran. Sebaiknya terpal baru jangan langsung digunakan, dicuci dulu untuk menghilangkan residu kimia.

Kolam terpal ini bisa dibuat di atas tanah maupun didalam lubang. Kolam terpal tahan hingga 5 tahun. "Asal tidak usil memasukkan uthik (bilah kayu /bambu) dengan alasan apapun seperti untuk menjajaki kedalaman kolam. Terpal bisa bocor," terangnya.

Persiapan kolam
Setelah kolam terpal terpasang, diisi air setinggi 90 cm. Untuk membunuh patogen, ditaburi garam 2 ons/m3. Setelah itu, kolam dituangi pupuk organik katalis plankton (dosis sesuai merk). "Bisa diganti dengan urea 1 ons/m3," kata Wagiran. Seminggu kemudian air kolam sudah menghijau pertanda sudah tumbuh plankton, baru benih dimasukkan. •
sumber : TROBOS, 2008

Minggu, 01 Maret 2009

Teknik Budidaya ikan Nila

Tanya:
Mohon petunjuk budidaya ikan terutama nila, terima kasih.

M Pandu Kertajaga - Depok


Jawab:

Prinsip budidaya ikan secara umum sebagai berikut:

1. Kualitas tebaran. Riwayat benih nila harus jelas. Benih inbreeding (perkawinan satu keturunan) menyebabkan penurunan produktivitas karena pertumbuhan lambat dan rentan penyakit. Untuk nila, carilah benih yang sudah dijantankan semua, sebab lebih cepat tumbuh dibanding ikan betina. Benih harus sehat, lengkap anggota tubuhnya dan tidak sedang terserang penyakit. Ciri-ciri umum: benih aktif berenang, pergerakan dan nafsu makan normal, seimbang antara panjang dan berat.



2. Kualitas air. Untuk perairan tertutup (kolam) kualitas air bisa dikelola dengan baik karena fluktuasi kualitas air bisa dikendalikan. Tetapi jika perairan terbuka seperti KJA di waduk atau kolam air deras dan karamba sungai, akan sulit mengelola kualitas air.

3. Kualitas pakan. Manajemen pakan yang baik akan bisa meminimalisir pemborosan pakan. Kebutuhan pakan tergantung pola budidaya.

4. Penyakit. Bersifat oportunis, yaitu aktif saat lingkungan memburuk dan kondisi ikan melemah.


Pola budidaya ikan nila di kolam tertutup.

1. Persiapan lahan, meliputi :

- Pengeringan dan pengangkatan lumpur, untuk membuang kotoran dari budidaya sebelumnya. Waktu ideal 1-2 minggu hingga tanah retak-retak

- Pengapuran, untuk rneningkatkan pH jika tanah asam Berta untuk sterilisasi patogen. Pengapuran tidak perlu dilakukan pada tanah yang tidak asam. Dosis penggunaan kapur (Ca CO3) pada kondisi keasaman tanah 5 - 6.5 berkisar 0.2 - 0.5 kg/m2

- Pengisian air. Untuk rnengurangi predator dan varier penyakit, dipasang saringan halus di depan inlet.

- Pemupukan untuk menumbuhkan plankton hijau yang berfungsi sebagai penstabil kualitas air dan sebagai makanan alami bagi ikan nila.

Dosis yang digunakan :
organilk - kotoran ayam 0.5 kg/m2
anorganik -> Urea : TSP rasio 1:0.7 ppm


2. Penebaran benih, sesuai pola budidayanya.

a) Pola ekstensif (tradisional).
Mengandalkan pakan alami. Hanya perlu pemupukan. Kepadatan tebar antara 1-2 ekor/ m2. Hasil panen kurang lebih 1 ton/ha/periode, dengan ukuran 100-200 gr/ekor


b) Pola semiintensif
Memadukan pakan alami dan pakan tambahan. Jika menggunakan pakan komersial dibutuhkan 2-3% biomass per hari dan pemupukan secara periodik. Kepadatan antara 3-5 ekor/ M2. Pada pola ini pergantian air harus mulai dilakukan untuk memelihara kualitas air. Hasil panen kurang lebih 3-5 ton/ha/periode pemeliharaan, dengan ukuran 100-200 gr/ekor

c) Pola intensif
Mengandalkan pakan buatan. Kepadatan tebar 5-10 ekor/m2, pakan buatan 3-5% biomass per hari, intensitas pergantian air 5-10% per hari, saat ikan mulai mengkonsumsi banyak pakan. Diperlukan sejumlah kincir untuk memelihara oksigen agar kandungannya > 4 ppm. Panen 10-15 ton/ha/periode pemeliharaan, ukuran 200-300 gr/ekor


d) Pola super intensif
Menerapkan berbagai fasilitas lengkap. Kepadatan sangat tinggi, antara 100-200 ekor/m2. Didukung aerasi, filtrasi dan sumber air yang cukup untuk mengelola kualitas air. Menggunakan kolam ukuran kecil sehingga pengelolaan lebih mudah. Hasil panen 1-2 ton/100 m2 dengan berat kurang lebih 300 gr/ekor.


3. Manajemen pakan
Pemberian pakan buatan mutlak pada pola intensif. Yang paling mudah diaplikasikan adalah pakan apung (kandungan protein 28-32%) karena habisnya pakan bisa terduga dibandingkan pakan tenggelam. Agar pemberian pakan efisien :
Jenis dan ukuran cocok dengan ikan budidaya.
Aturwaktu pemberian pakan agar nutrisi terserap
sempurna.

Nila diberi makan 3-4 kali sehari
dengan interval sama
Terapkan feeding rate (persentase pemberian pakan) atau teknik kekenyangan 90%
Sesuaikan jumlah pemberian pakan dengan kondisi lingkungan. Saat suhu rendah, kurangi pemberian pakan,juga saat hujan atau mendung sebab oksigen akan lebih rendah.*sumber : TROBOS, 2008

Sabtu, 28 Februari 2009

Bila Benih Kerapu Terinfeksi

Bila Benih Kerapu
Terinfeksi


Salam hormat,

Beberapa waktu yang lalu saya mengalami permasalahan, hampir semua benih ikan kerapu macan yang saya pelihara di bak indoor
sejak umur 20 hari mengalami kematian dengan gejala-gejala sbb :
• ikan tidak bergerak normal, ikan yang sehat biasanya pergerakannya aktif berputar
• warna ikan gelap
• sebagian ikan kehilangan kemampuan renang dan keseiimbangannya, kemudian bergerak hanya di dasar bak, dan akhirnya mati dengan tutup insang membuka lebar.


• pertumbuhan terlihat sangat lambat, padahal suhu air sudah saya upayakan >_30°C
• nafsu makan ikan terlihat sangat kurang

Saya sudah mengupayakan untuk mengobati ikan, misalnya dengan elbaju (obat ikan) bahkan dengan OTC (oxytetracycline) tetapi belum menunjukkan hasil yang bagus.
Apakah kira-kira penyakit yang menyerang benih kerapu yang saya pelihara, bagaimana cara mengatasinya ?

Muksin, Lampung

Dalam budidaya ikan atau udang, hal pertama yang harus diperhatikan adalah lingkungan/ media. Jika lingkungan hidup atau media aman dan nyaman bagi ikan, bisa dipastikan ikan akan tumbuh dengan optimal, sebaliknya jika media hidupnya kurang nyaman, ikan akan mudah stres dan berupaya untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang buruk.

Selain faktor lingkungan, patogen merupakan laktor yang harus kita perhatikan sebab jika sudah masuk ke dalam lingkungan pemeliharaan ikan, akan mudah sekali menginfeksi ikan terutama pada saat lingkungan memburuk atau jika ikan mengalami stres.

Hampir semua patogen bersifat oportunis, yaitu menyerang pada saat lingkungan memburuk.
Jika dilihat dari gejala, besar kemungkinan benih kerapu yang bapak pelihara terinfeksi suatu penyakit. Tapi diperlukan pemeriksaan dan analisa yang tepat sehingga benar - benar diketahui penyakit yang menginfeksi ikan.

Bapak bisa mengirimkan sampel ikan yang sakit ke balai-balai perikanan untuk memastikan agen penyakit.

Beberapa ilustrasi penyakit yang mungkin menginfeksi diantaranya :
• parasit monogenean, seperti Neobenedenia sp. Biasanya dicirikan dengan turunnya nafsu makan ikan disertai pergerakan yang abnormal. Beberapa menimbulkan 'pop eye' (mata menonjol), biasanya berasosiasi dengan penyakit bakterial. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah merendam dengan air tawar selama 15-30 menit sehingga parasit akan terlepas dari tubuh ikan. Jika terkena air tawar, warna parasit akan berubah dari bening menjadi putih susu sehingga mudah dilihat
dengan mata telanjang.

• Parasit darijenis Oodinium sp, dicirikan dengan timbulnya lapisan seperti bludru (velvet) pada permukaan tubuh ikan, serta warna insang berubah pucat. Ikan biasanya cenderung diam di dasar bak. Infeksi Oodinium lebih sudah diamati pada ikan yang masih berukuran kecil, tetapi biasanya infeksi Oodinium ini menyebabkan kematian yang signifikan. Jika terserang Oodinium. ikan bisa di dipping (celup) dengan larutan formalin 100-200 ppm selama 1 jam dengan aerasi kuat.

• Penyakit bakterial, salah satunya vibriosis. Gejala warna ikan cenderung gelap, jika dibedah gelembung renang membesar (tampak seperti kembung), kadang-kadang disertai luka/borok. Jika terbukti terinfeksi bakteri, antibiotik bisa digunakan dengan dosis tepat sesuai yang dianjurkan. Kepadatan ikan dikurangi dan perbaikan kualitas air.

• Virus VNN, banyak menyerang benih kerapu dengan gejala kehilangan nafsu makan, ikan yang lemah berenang dekat permukaan air. Ikan yang terinfeksi akan banyak berada di dasar bak, dan akhirnya akan mati. Sampai saat ini belum ada obat-obatan yang bisa digunakan untuk mengatasi virus, kecuali langkah-langkah pencegahan seperti pergantian air yang cukup banyak dan sering, serta penambahan imunostimulan. VNN mudah menular sehingga jika teridentifikasi dan kematian semakin meningkat, disarankan untuk memusnahkan dan melakukan sterilisasi terhadap bak dan alat-alat.
Demikian, semoga bisa memberikan gambaran dan bermanfaat. Selamat berbudidaya.
sumber : TROBOS, 2008

Jumat, 27 Februari 2009

Ice- ice ancam budidaya rumput laut

Ice- ice ancam budidaya rumput laut

Kerusakan yang ditimbulkan dapat mencapai 90%, bahkan bisa series pada kasus kronis
akan meningkatnya suhu permukaan air laut karena pengaruh global warming pada akhir-akhir ini tak hanya berdampak pada musnahnya ekosistem terumbu karang dan hutan mangrove, tetapi juga mengancam eksistensi budidaya rumput laut. Khususnya untuk jenis rumput laut Eucheuma cottonii dan Eucheuma spinosum.

Prof Jana T Anggadiredja, Deputi
Kepala bidang Teknologi Pengembangan
Sumberdaya Alam, BPPT menjelaskan, meningkatnya suhu permukaan air laut akan mengakibatkan turunnya kandungan nutrisi di suatu perairan. Kondisi tersebut akan memacu munculnya penyakit pada rumput laut yang lazim dikenal dengan sebutan ice-ice.

Jika telah terserang penyakit ini beberapa bagian thalus (batang) rumput laut akan memucat dan timbul bercak putih, yang kemudian meluas pada semua bagian thalus. Setelah itu, thalus membusuk dan akhirnya mati.

"Celakanya, kerusakan tanaman rumput laut akibat serangan penyakit ice-ice ini dapat mencapai 90%, bahkan bisa 100% bila kondisi serangan telah berlangsung lama (kronis)," ujar Jana yang pakar rumput laut ini. Kerugian besar sudah pasti ditanggung oleh pembudidaya.

Mereka pun terpaksa membeli bibit rumput laut yang baru jika ingin memulai kembali usahanya.

Kejamnya serangan penyakit ice-ice ini juga pernah dirasakan oleh Ketut Sriyana, pembudidaya rumput laut jenis kotoni asal Pulau Nusa Lembongan, Bali. "Jika sedang datang musim penyakit ice-ice, dari seribu ris rumput yang ditanam, paling banter diperoleh hasil panen sebanyak 100 kg kering. Bahkan ada juga yang pulang hanya dengan membawa tali ris saja ke darat, karena rumput lautnya sudah habis," ujar Sriyana kepada TROBOS beberapa waktu lalu. Padahal, dalam kondisi normal dari seribu ris rumput laut yang ditanam, para pembudidaya dapat memperoleh hasil panen antara 600-700 kg rumput laut kering.


Menurut Jana, penyakit ice-ice biasanya akan muncul pada saat awal musim kemarau. Meski demikian, dia juga tak menampik, jika pada akhirakhir ini kemunculannya sulit diprediksi. "Masalahnya sekarang ini musim menjadi tidak menentu. Terutama sejak tahun lalu (2007-red)," imbuhnya. Kondisi ini juga diakui oleh Sriyana, "Sepanjang 2007 lalu, kemunculan penyakit ice-ice ini sulit diprediksi." Jana pun menguatkan, sepanjang tahun lalu penyakit ice-ice ini cukup banyak muncul di Indonesia. "Setidaknya itu laporan yangsaya peroleh dari para pembudidaya."

Kondisi perairan, Faktor Penyebab
penyakit ice-ice yang menyerang rumput lautjenis Eucheuma sp murni disebabkan oleh adanya tekanan lingkungan yang ekstrim, terutama karena adanya penurunan nutrisi di perairan secara tiba-tiba. Dan perubahan suhu perairan, salinitas dan pH juga menjadi faktor pemicunya. "Jadi, bukan disebabkan oleh bakteri atau virus.

Kita sudah melakukan penelitian ini sejak lama dan kesimpulan serupa juga diberikan para peneliti dari Filiphina," ujar Jana. Penurunan kandungan nutrisi di perairan akan menyebabkan proses fotosintesa yang dilakukan oleh rumput laut menjadi tak optimal Alhasil, energi yang dihasilkan
pun akan berkurang, sehingga kekuatan tanaman untuk
menghadapi kondisi ring yang kurang bersahabatjuga
akan berkurang.

sumber : trobos,2008

Kamis, 26 Februari 2009

Kepiting cangkang lunak akan menjadi tren budidaya kepiting di masa depan

Kepiting cangkang lunak akan menjadi tren budidaya kepiting di masa depan

seribu satu rintang masih menghadang usaha budidaya kepiting. Tetapi, ini bukan pertanda bisnis kepiting bisnis yang merugi. Sebaliknya, bisnis ini menawarkan berlembar-lembar dolar yang bisa menggemukkan tabungan. Dan usaha budidaya kepiting yang diramal bakal jadi tren masa depan adalah budidaya kepiting soka/lunak (soft shell).

Kepiting soka adalah kepiting yang memiliki cangkang (karapas) lunak. Inilah jawaban atas keengganan sebagian orang mengkonsurnsi kepiting karena harus berjuang mendapatkan daging di bawah kulitnya yang keras. Dengan sedikit perlakuan khusus kulit kepiting bisa dibuat lunak sehingga bisa ikut dimakan.


Permintaan Naik
Usaha ini terbilang masih baru sehingga belum banyak yang menggelutinya. Satu di antara segelintir orang yang mengusahakan kepiting soka adalah Waryoto. Lelaki 45
tahun asal Purwokerto tersebut sejak lebih dari 3 bulan lalu memulai usaha budidaya kepiting soka yang dikerjasamakan dengar pengelola Tambak Pandu Karawang (TPK), Jawa Barat dan seorang pengusaha dari Batam.

Meski baru seumur jagung, namun usaha budidaya kepiting soka Waryoto sudah membuahkan hasil lumayan. Betapa tidak, harga kepiting Waryoto mencapai Rp 60 ribu per kg. Harga ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan kepiting soka di Sulawesi Selatan yang berada pada kisaran Rp 40 sampai Rp 42 ribu per, kg. "Biaya produksinya juga mahal, sekitar Rp 20
ribu per kg," kata Waryoto yang mengaku menentukan sendiri harga jual kepitingnya.

Walau demikian, kepiting soka Waryoto selalu habis diborong eksportir. Bahkan mereka terus meningkatkan jumlah permintaannya karena kebutuhan untuk ekspor terus naik. Jika di awal usahanya Waryoto mencari-cari pasar, kini justru dia yang diuber pembeli. Permintaan terbanyak datang dari Amerika Serikat dan Jepang yaitu mencapai 3 ton per bulan. "Tapi saya baru bisa memproduksi sekitar 20 sampai 30 kg per hari," ujar Waryoto. Karena hal ini, bapak dua anak ini mengatakan belum berani menandatangani kontrak dengan eksportir. "Lahan dan pasokan belum pasti."


Lebih Menguntungkan

Prinsip budidaya kepiting soka ala Waryoto sangat sederhana. Yakni dari bahan baku kepiting bakau ukuran 10 - 12 (10 sampai 12 ekor per kg) diadaptasikan dulu selama satu hari, kemudian dipotong kedua capitnya. Demikian pula dengan keenam kaki jalannya juga dipotong dan hanya disisakan satu bagian yang dekat dengan kaki renangnya. Sementara kedua kaki renang tetap dibiarkan utuh. Setelah pemotongan itu lalu dipelihara lagi di tambak (kolam tanah) selama 15 hari atau sampai mengalami ganti kulit (molting). Saat molting inilah, kepiting akan menghasilkan cangkang baru yang lunak dan siap dipanen. Ukuran kepiting akan bertambah sekitar 2 size.

Fungsi pemotongan capit dan kaki

jalan kepiting adalah untuk membuat stres
kepiting sehingga proses moltingnya juga akan lebih cepat," Waryoto berbagi ilmu. Menurut dia, budidaya kepiting soka jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengar budidaya kepiting biasa di keramba. Tingkat kematiannya paling banter hanya 20%. Sementara budidaya kepiting di keramba mortalitasnya mencapai 40%, Selain itu rasa kepiting soka yang dipanen dari kolam lumpur juga lebih manis dibandingkan dengan kepiting yang dipelihara di keramba.
Kepiting yang dipelihara di keramba, kalau panas tak ada tempat berlindung sehingga mempengaruhi kondisi tubuhnya dan tak jarang berujung pada kematian.

Sedangkan kepiting yang dipelihara di kolam lumpur (tambak) akan masuk dan bersembunyi di dalam lumpur ketika panas. Dia juga akan mengambil nutrisi dari lumpur sehingga rasanya menjadi manis, Dan biaya produksi kepiting soka di tambak 30% lebih irit daripada biaya produksi di keramba. Waryoto mengaku, ia khusus mempelajari teknik produksi kepiting soka ini dari sebuah perusahaan pengolahan

sumber : Trobos, september 2008

Catfish Fillet:

Catfish Fillet:

To change the Fate of - Bapukan" Catfish
By fillet processing, the catfish which is commonly called as "bapukan" and generally is not saleable in the market, now it is able to give a huge profit. This happens to H. Carmin Iswahyudi, one of the farmers and the biggest catfish trader in Losarang - Indramayu. Wet Java.
The catfish market is very specific, mostly only marketed to fulfill the demand of "PECEL LELE" (Chilly Fried Catfish) and "WARUNG TEGAC booths. They usually require the size of catfish between 6-12 /kg. Consequently, the oversize catfish is not saleable. Even so, the price is far below the BEP. "Fillet processing is the perfect solution to all catfish farmers," says Carmin who has been processing "bapukan" catfish into fillet for one year.
AccordinP, to him, the amount of "bapukan" catfish is more than
enough, able to reach 10% in each production cycle. We can imagine how much the total loss has to be burdened by the farmer if the "bapukan" catfish is not saleable. The catfish production at Losarang district is able to achieve 700 tons/month. Equally, at least there is about 70 tons of "bapukan'* catfish which can be processed into fillet form.
source : Trobos, 2008

Cara Pembenihan Ikan Yang Baik ( CPIB )

Yang perlu diperhatikan dalam menerapkan Cara Pembenihan Ikan Yang Baik ( CPIB )

I. Persyaratan Pembenihan Ikan

Lokasi
Mudah dijangkau, tersedia sarana dan prasarana penunjang, bebas banjir, terhindar dari polusi, memiliki sarana pengolahan dan sterilisasi air.

Sumber air
Kualitas air layak untuk kebutuhan hidup dan pertumbuhan ikan, sumber air tersedia sepanjang tahun, bebas dari cemaran pathogen dan bahan kimia.

Tenaga kerja
Berkompeten, berdedikasi tinggi dan jumlah sesuai kebutuhan.

Kelayakan fasilitas
• Bangunan ( kantor, laboratorium, ruang mesin, bangsal panen, gudang pakan dan peralatan )
• Sarana filtrasi, pengendapan dan bak Tandon
• Bak/kolam pemeliharaan induk


II. Prosedur Produksi

Manajemen Induk
Tujuannya untuk menghasilkan benih ikan yang bermutu.

• Pemilihan Induk umur dan ukuran siap pijah sesuai SNI, bebas
penyakit dan tidak cacat, induk unggul, ada kejelasan asal usul induk )

• Karantina Induk ( melakukan pengamatan terhadap kondisi dan kesehatan induk yang berasal dari tempat lain )

• Pemeliharaan induk ( penanganan dan pemeliharaan induk hares sesuai dengan persyaratan teknis )



Manajemen Benih

• Pemeliharaan benih, kualitas air, pakan, pengobatan dan monitoring kesehatan ikan dilakukan sesuai dengan persyaratan teknis.

Manajemen Air
Panen, Pengemasan dan distribusi benih



III. Penerapan Biosecurity

Pengatur tata letak :

*Pengaturan berdasarkan alur produksi
• Pemagaran dan penyekatan
• Penyimpanan
Pengaturan akses masuk ke lokasi

Sterilisasi wadah, peralatan dan ruangan
• Desinfeksi wadah pemeliharaan
• Desinfeksi peralatan dan sarana produksi
• Sterilisasi ruangan produksi

Sanitasi lingkungan Pembenihan

Pengolahan limbah
Pengaturan personil / karyawan
• Pakaian dan perlengkapan kerja


IV. Manajemen personil
Pimpinan unit / ketua kelompok
Pengendali mutu produksi
Pelaksana Produksi
Pelaksana Administrasi
Pelaksana Pemasaran



V. Dokumen dan Rekaman

A Proses pengumpulan, pengolahan dan penyimpanan informasi

Standar Prosedur Operasional ( SPO ) untuk petunjuk baku tentang operasional proses kerja

Formulir untuk pendataan dan perekaman hasil untuk menunjukan kesesuaian dari proses, produk dan persyaratan CPIB